Modernisme[1] diartikan sebagai fase terkini sejarah dunia ditandai dengan percaya pada sains, perencanaan, sekularisme dan kemajuan. Keinginan untuk simetri dan tertib, keinginan akan keseimbangan dan otoritas, telah juga menjadi karakternya. Periode ini ditandai oleh keyakinannya terhadap masa depan, sebuah keyakinan bahwa utopia bisa dicapai. Gerakan menuju industrialisasi dan kepercayaan yang fisik, membentuk ideologi yang menekankan materialisme sebagai pola hidup.[2] Formulasi kontemporer posmodernisme menurut Ahmed merupakan fase khusus menggantikan modernisme, berakar pada dan diterangkan sejarah terakhir barat yang berada pada inti dominasi peradaban global abad ini.
Terhadap hal ini Ahmed mencoba mengidentifikasikan beberapa ciri utama posmodernisme dengan menekankan watak sosiologisnya. Ciri-ciri utamanya adalah sebagai berikut:
1. Berusaha memahami era posmodernisme berarti mengasumsikan pertanyaan tentang, hilangnya kepercayaan pada modernitas, semangat pluralisme, skeptisisme terhadap ortodoksi tradisional, dan akhirnya penolakan terhadap pandangan bahwa dunia adalah sebuah totalitas universal, pendekatan terhadap harapan akan solusi akhir dan jawaban sempurna.
2. Posmodernisme bersamaan dengan era media, dalam banyak cara yang bersifat mendasar, media adalah dinamika sentral, ciri pendefenisi dari posmodernisme.
3. Kaitan posmodernisme dengan revivalisme etno religius atau fundalisme perlu ditelaah oleh ilmuan sosial dan politik.
4. Walaupun apokaliptiknya klaim itu, kontinuitas dengan masa lalu tetap merupakan ciri kuat posmodernisme.
5. Karena sebagian penduduk menempati wilayah perkotaan, dan sebagian lebih besar lagi masih dipengaruhi oleh ide – ide yang berkembang dari wilayah ini. Maka metropolis menjadi sentral bagi posmodernisme.
6. Terdapat elemen kelas dalam posmodernisme dan demokrasi adalah syarat mutlak bagi perkembangannya. Posmodernisme memberikan peluang bahkan mendorong penjajaran wacana, eklektisme berlebih – lebihan, percampuran berbagai citra.
7. Ide tentang bahasa sederhana terkadang terlewatkan oleh posmodenis, meskipun mereka mengklaim dapat menjangkaunya.
Berdasarkan ciri – ciri utama posmodernisme, maka dapat dilihat bahwa kecenderungan yang ditekankan dalam literatur posmodernisme adalah rasa anarkinya, ketidakmenentuan dan keputusasaannya. Namun perlu bagi kita untuk menginterpretasikan posmodernisme dari segi positifnya yang berupa keberagamaan, kebebasan meneliti dan kemungkinan untuk mengetahui dan memahami satu sama lain. Posmodernisme tidak perlu dipandang sebagai kesombongan intelektual, diskusi akademik yang jauh dari kehidupan nyata, tetapi sebagai fase historis manusia yang menawarkan kemungkinan yang belum ada sebelumnya kepada banyak orang, sebuah fase yang memberikan kemungkinan lebih mendekatkan beragam orang dan kultur ketimbang sebelumnya.[3]
REFERENSI
- [1] asumsi-Asumsi dasar modernisme : Skuralisme, materialisme, individualisme, dan komitmen untuk kemajuan melalui sains dan teknologi. Lihat Jhon L. Esposito, Ensiklopedi Oxpord dunia islam modern, mizan, jilid 4, 2001, hal 71.
- [2] Akbar S.Ahmed, Posmodernisme bahaya dan harapan bagi islam, Mizan, Cet.IV,1996, Bandung, hal 22.
- [3] Ibid.hal 42
Advertisement
7 Ciri-Ciri Posmodernisme
|
Rabu, 17 April 2013
0 komentar:
Posting Komentar