Nama saya Taip, umur 58 tahun. Saya adalah seorang petani dan tinggal di sebuah desa kecil di daerah Gresik, Jawa Timur. Lima tahun yang lalu, saat menjelang musim panen padi, masyarakat di desa saya digegerkan dengan banyaknya tikus di sawah yang menghabiskan tanaman padi di sawah kami. Saya hanya bisa berdo’a sebisa saya agar saya sekeluarga diberi rejeki oleh Tuhan dan tanaman padi saya tidak rusak oleh hama tikus. Suatu malam saya berdo’a sambil berjalan di pematang mengelilingi sawah saya. Dalam perjalanan keliling sawah itu saya bertemu dengan tikus yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, saya merinding saat itu, tapi saya tetap berjalan keliling sambil berdo’a. Saat itulah saya bertemu dengan sosok berbadan manusia berkepala tikus dengan membawa tongkat, dia adalah panglima tikus hama padi, berikut adalah Cerita Bertemu dan Berdialog dengan Panglima Tikus Hama Padi.
Waktu itu, tepat jam 12 tengah malam saya pergi ke sawah untuk berjalan mengelilingi sawah saya dan membaca do’a memohon kepada Tuhan agar tanaman padi saya dilindungi dan diselamatkan oleh Tuhan dari hama, khususnya hama tikus yang sedang mewabah. Dalam perjalanan keliling di pematang sawah, saya bertemu dengan tikus yang jumlahnya sangat banyak, saya sampai merinding dibuatnya, namun mereka sama sekali tidak mengganggu atau menghalangi jalan saya di pematang. Namun, saat saya hampir selesai membaca do’a dan hampir sampai di tempat saya memulai membaca do’a yaitu di gubung sawah, saya dihadang seekor tikus yang cukup besar, lebih besar dibanding yang lain. Saya bisa melihat karena saat itu ada sinar rembulan yang menerangi. Tikus itu seperti sengaja menghadang saya, matanya tertuju ke mata saya dan saya menatap matanya.
Saat itu, setelah saya selesaikan bacaan do’a, secara spontan saya berkata kepada tikus itu “kalian kalau mau makan padi saya ya silakan, tapi jangan dihabiskan semua, saya sekeluarga juga butuh makan”, lalu tikus itu pergi dan bergabung dengan gerombolannya di pinggir pematang, dan saya berjalan menuju gubug untuk duduk beristirahat melepas lelah sambil merokok.
Saat saya duduk di gubug, tiba-tiba ada di hadapan saya satu makhluk seperti sosok tikus besar, berdiri seperti manusia tetapi berkepala tikus dan berekor, dia membawa benda seperti tongkat komando, tingginya kira-kira sepundak saya. Makhluk itu memandang saya dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”, lalu saya jawab “wa’alaikum salam”. Kemudian makhluk itu berkata “saya Bainun, panglima yang ditugaskan memimpin pasukan tikus di sini, dan saya menghadap bapak untuk meminta maaf telah memakan dan merusak sebagian tanaman padi bapak”.
“ya, tidak apa-apa, saya maafkan, karena walalupun yang menanam padi itu saya tapi yang menumbuhkan adalah Tuhan, dan semua ini adalah milik Tuhan, jawab saya.
“terima kasih, dan sesuai dengan perintah yang saya terima, mulai saat ini kami tidak akan mengganggu sawah dan tanaman padi bapak”, kata makhluk Panglima pasukan tikus itu.
“baiklah, tapi kenapa sampai bisa pasukan tikus menyerang sawah dan tanaman padi di desa ini?”, tanya saya kepada Panglima pasukan tikus itu.
“kami hanyalah melaksanakan perintah karena masyarakat di kampung ini sudah lama tidak membayar zakat apalagi bersedekah jika telah panen”, jawab Bainun, Panglima pasukan tikus.
“Sampai kapan?”, tanya saya.
“sampai kami diperintahkan untuk kembali dan meninggalkan kampung ini, sampai kapan kami juga tidak tahu, tapi pasti akan berakhir”, jawab Bainun.
“siapa yang memerintahkanmu?”. Tanya saya lagi.
“Raja kami, dan raja kami mendapatkan perintah dari Yang Mahakuasa”, jawab Bainun.
“Saya kira cukup, saya mohon pamit, Assalamu’alaikum”, kata Bainun mengakhiri dialog lalu berbalik arah dan menghilang. “Wa’alaikum salam”, jawab saya.
Sejak saat itu, Alhamdulillah tanaman padi saya tidak diganggu oleh tikus, sementara tanaman padi yang ada di sebelh petak sawah saya habis dimakan tikus.
Demikianlah Cerita Bertemu dan Berdialog dengan Panglima Tikus Hama Padi ini dan semoga dapat menghibur anda.
Waktu itu, tepat jam 12 tengah malam saya pergi ke sawah untuk berjalan mengelilingi sawah saya dan membaca do’a memohon kepada Tuhan agar tanaman padi saya dilindungi dan diselamatkan oleh Tuhan dari hama, khususnya hama tikus yang sedang mewabah. Dalam perjalanan keliling di pematang sawah, saya bertemu dengan tikus yang jumlahnya sangat banyak, saya sampai merinding dibuatnya, namun mereka sama sekali tidak mengganggu atau menghalangi jalan saya di pematang. Namun, saat saya hampir selesai membaca do’a dan hampir sampai di tempat saya memulai membaca do’a yaitu di gubung sawah, saya dihadang seekor tikus yang cukup besar, lebih besar dibanding yang lain. Saya bisa melihat karena saat itu ada sinar rembulan yang menerangi. Tikus itu seperti sengaja menghadang saya, matanya tertuju ke mata saya dan saya menatap matanya.
Saat itu, setelah saya selesaikan bacaan do’a, secara spontan saya berkata kepada tikus itu “kalian kalau mau makan padi saya ya silakan, tapi jangan dihabiskan semua, saya sekeluarga juga butuh makan”, lalu tikus itu pergi dan bergabung dengan gerombolannya di pinggir pematang, dan saya berjalan menuju gubug untuk duduk beristirahat melepas lelah sambil merokok.
Saat saya duduk di gubug, tiba-tiba ada di hadapan saya satu makhluk seperti sosok tikus besar, berdiri seperti manusia tetapi berkepala tikus dan berekor, dia membawa benda seperti tongkat komando, tingginya kira-kira sepundak saya. Makhluk itu memandang saya dan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”, lalu saya jawab “wa’alaikum salam”. Kemudian makhluk itu berkata “saya Bainun, panglima yang ditugaskan memimpin pasukan tikus di sini, dan saya menghadap bapak untuk meminta maaf telah memakan dan merusak sebagian tanaman padi bapak”.
“ya, tidak apa-apa, saya maafkan, karena walalupun yang menanam padi itu saya tapi yang menumbuhkan adalah Tuhan, dan semua ini adalah milik Tuhan, jawab saya.
“terima kasih, dan sesuai dengan perintah yang saya terima, mulai saat ini kami tidak akan mengganggu sawah dan tanaman padi bapak”, kata makhluk Panglima pasukan tikus itu.
“baiklah, tapi kenapa sampai bisa pasukan tikus menyerang sawah dan tanaman padi di desa ini?”, tanya saya kepada Panglima pasukan tikus itu.
“kami hanyalah melaksanakan perintah karena masyarakat di kampung ini sudah lama tidak membayar zakat apalagi bersedekah jika telah panen”, jawab Bainun, Panglima pasukan tikus.
“Sampai kapan?”, tanya saya.
“sampai kami diperintahkan untuk kembali dan meninggalkan kampung ini, sampai kapan kami juga tidak tahu, tapi pasti akan berakhir”, jawab Bainun.
“siapa yang memerintahkanmu?”. Tanya saya lagi.
“Raja kami, dan raja kami mendapatkan perintah dari Yang Mahakuasa”, jawab Bainun.
“Saya kira cukup, saya mohon pamit, Assalamu’alaikum”, kata Bainun mengakhiri dialog lalu berbalik arah dan menghilang. “Wa’alaikum salam”, jawab saya.
Sejak saat itu, Alhamdulillah tanaman padi saya tidak diganggu oleh tikus, sementara tanaman padi yang ada di sebelh petak sawah saya habis dimakan tikus.
Demikianlah Cerita Bertemu dan Berdialog dengan Panglima Tikus Hama Padi ini dan semoga dapat menghibur anda.