Ada kisah tragis di balik 'kuburan kapal' ini. Moynaq, dulunya adalah sebuah kota yang terletak di pesisir Laut Aral.
Meski namanya 'sea' alias laut, Aral adalah sebuah danau luas. Laut Aral pernah menjadi salah satu dari 4 danau terluas di dunia, memegang peranan penting bagi pasokan air tawar.
Tapi sejak tahun 1960-an, air di Laut Aral perlahan-lahan menyurut. Hanya 10% bagian danau yang tersisa saat ini. Tak heran, surutnya air Laut Aral disebut-sebut sebagai bencana ekologi terbesar hingga sekarang. Nah, Moynaq adalah kota di pesisir danau yang paling terkena dampaknya.
Wisatawan yang datang ke Moynaq sekarang pasti mengerutkan dahi. Di tiap sudut kota terdapat gambar ikan. Patung-patung, mosaik, poster yang usang, bahkan di papan selamat datang Kota Moynaq. Dulu Moynaq adalah kota nelayan. Bidang perikanan menjadi mata pencaharian utama warga kota tersebut.
Tapi sejak Laut Aral surut, Moynaq mulai dikelilingi padang pasir. Hulu letaknya sangat jauh dari kota, sekitar 150 Km. Pernah pada satu waktu, warga Moynaq membuat aliran air dari laut menuju danau. Tapi kadar garam yang tinggi membuat ikan-ikan mati. Moynaq mulai ditinggalkan, perlahan-lahan selama 3 dekade.
Sekarang, Moynaq tak lebih dari kota mati. Tapi wisatawan yang penasaran bisa mendatanginya langsung, memotret hal-hal aneh seperti bangkai kapal di tengah gurun pasir. Kapan lagi Anda melihat unta-unta berkeliaran di sekitar bangkai kapal?
Advertisement
Misteri Bangkai Kapal di Tengah Gurun Uzbekistan
|
Senin, 27 Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar