Bangunan itu memanjang, satu sisi nampak dari luar, sementara ujung sisinya masih terpendam dalam tanah. Lokasi situs itu berada di daerah Krian, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut Kepala Pokja Penyelamatan dan Perlindungan BP3 Trowulan Danang Wahyu Utomo, Kadipaten Terung dulu disebut-sebut sebagai kota Sidoarjo kuno.
"Sebenarnya itu dulu sudah kelihatan, tapi sekarang digali lagi, diungkap lagi oleh warga. Zaman Majapahit akhir dulu, itu pusat kabupaten Sidoarjo," kata dia kepada merdeka.com, Kamis (22/8).
Namun demikian, belum terang benar apakah situs itu berkaitan dengan temuan jejak-jejak situs lainnya. Konteks temuannya juga belum menunjukkan keterkaitan. Namun demikian, data dan laporan ke BP3 sudah masuk, dan akan kembali diteliti.
Terung merupakan nama kadipaten yang sering disebut dalam tarikh Babad Tanah Jawa ataupun kitab Negarakertagama. Kadipaten ini konon berdiri di ujung masa kerajaan Majapahit. Diduga Kadipaten Terung berada di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian, Sidoarjo.
Slamet Muljana menulis dalam bukunya yang berjudul: Runtuhnya Kerajaan Hindu -Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, menulis bahwa Raden Hussen atau masyarakat menyebutnya Kusen, penguasa Terung di Krian, merupakan adik tiri Sultan Demak, Raden Patah.
Dia dijadikan sebagai adipati Terung untuk menjalankan misi spionase, memata-matai Majapahit, sebagai bagian dari strategi perang antara Demak dengan Majapahit. Karena ambisi besar Raden Patah memang ingin meluaskan kerajaan Islam hingga ke seluruh Jawa termasuk Majapahit yang dipimpin oleh ayahnya sendiri, yakni Raja Brawijaya.
Walhasil, strategi itu jitu. Sebab ketika menyerang Majapahit, Demak tidak mengalami kendala apa-apa karena dukungan intelijen yang kuat. Dalam tempo singkat, kerajaan pusat kota Majapahit di Trowulan, Mojokerto berhasil dikuasai.
Advertisement
Mengungkap jejak Kadipaten Terung di akhir Majapahit
|
Kamis, 22 Agustus 2013
0 komentar:
Posting Komentar