Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit adalah sebuha cerita mistik yang saya angkat dari sebuah pengalaman (kisah nyata) yang dialami oleh Purnomo, salah seorang operator alat berat (buldozer) saat bermalam di sebuah lokasi proyek yang sedang dikerjakannya yaitu di daerah Kalimalang, Jakarta Timur. Malam itu ia bersama Edi, seorang kawannya yang bertugas sebagai petugas keamanan proyekm sedang tidur di sebuah bedeng (rumah sementara buat bermalam para pekerja proyek) di pinggir Kalimalang. Saat ia tidur pulas, tiba-tiba ia terbangun karena merasa ada yang menarik atau melepaskan celananya, ternyata yang menarik atau yang mau melepaskan celananya adalah hantu kuntilanak. Berikut adalah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit itu.
Nama saya Purnomo, waktu malam itu sekitar dua tahun lalu, saya sedang mengerjakan pekerjaan meratakan tanah yang rencanananya mau dibuat jalan raya di pinggir Kalimalang. Sebagai operator alat berat, bekerja mengoperasikan buldozer sampai jam 23 malam sudah biasa saya lakukan.
Saat malam tiba, untuk menghemat biaya transport saya memang biasa menginap di bedeng dan pulang semingu sekali saat bekerja di proyek. Waktu itu sekitar jam 12 malam, setelah makan, minum dan merokok sebentar saya masuk bedeng untuk tidur agar esok harinya saya bisa bugar dan bisa bekerja kembali. Saya ditemani oleh kawan saya, Edi namanya. Dia bertugas sebagai petugas keamanan proyek.
Singkat cerita, saat sedang enak-enaknya tidur, saya merasa celana saya melorot, sambil merem saya naikkan lagi celana saya dan saya melanjutkan tidur. Saya memang suka memakai celana kombor kalau lagi tidur. Beberapa saat kemudian saya merasa celana saya melorot lagi, saya naikkan lagi dan saya ganti posisi, saya tidur miring menghadap si Edi yang tidur di samping saya sambil kaki saya lipat, tidak selonjor.
Tidak berapa lama kemudian, saya merasakan celana saya ditarik sehingga kaki saya lurus dan celana saya seperti ada yang memelorotkan, lalu saya membuka mata lalu melihat ke arah kaki. Saya kaget, ada wanita begaun putih berambut awut-awutan sedang menarik celana saya. Secara spontan sayapun langsung berteriak marah “kurang ajar, gangguin orang tidur aja”, lalu dia pergi melayang sambil tertawa cekikikan “hi hi hi” menuju dahan sebatang pohon rindang.
Teriakan saya memang cukup keras sehingga membagunkan si Edi dari tidurnya. “Ono opo pur”, kata si Edi dengan logat Suroboyoannya yang sangat kental. “Aku digagguin Kunitilanak, orang lagi enak-enak tidur celanaku dipelorot”, jawab saya.
“Kamu ngarang aja, ngimpi kali kamu”, kata Si Edi.
“ya terserah kalau gak percaya, kamu tidur lagi aja, aku sudah tidak bisa tidur lagi gara-gara kuntilanak genit itu, aku ke warung kopi saja, mau ngopi dulu”, kata saya kepada Edi. Aku melihat jam tangan saya menunjukkan waktu pukul 03.00.
“enak saja kamu, aku ya ikut ngopi dong”, kata Edi. Lalu kami keluar bedeng menuju warung kopi yang tak jauh dari bedeng kami. Di warung kopi kami bertemu beberapa tukang ojek yang biasa mangkal dekat warung kopi itu, ada satu yang telah kami kenal dekat yaitu bang Heri.
“sudah pada bangun?”, kata si heri kepada kami. “Ya bang, ini si Pur bangun katanya gara-gara digangguin kuntilanak”, jawab Edi.
“ya kalau di situ mah sudah biasa itu, kuntilanaknya suka iseng”, kata bang Heri.
“ah yang bener bang?”, tanya si Edi kepada bang Heri seperti ketakutan.
“iya, banyak orang yang digangguin di situ”, kata bang Heri dengan santainya. “Emang si Pur digangguin gimana?”, lanjut bang Heri. Edi tidak menjawab tapi melihat ke saya, akhirnya saya yang menjawab “celana saya dipelorotin”, kata saya singkat.
“haha, itu berarti kuntilanakanya suka sama kamu Pur”, kata bang Heri.
“jadi bener bang ada kuntilanak di situ?”, tanya si Edi kepada bang Heri.
“ya benerlah, emang kenapa?, kamu takut?, gak usah takut” kata bang Heri kepada si Edi.
“kamu takut nggak?”, tanya Edi kepada saya.
“Nggak, itu sih biasa, waktu aku tugas di hutan Kalimantan lebih parah lagi, lebih banyak dan lebih mengerikan, tapi gak usah takut sama yang begituan, yang penting kita gak gangguin mereka, paling mereka cuma pingin kenalan aja”, jawab saya kepada Edi.
“kalian pada edan semua, masa sama hantu gak takut, ketemu hantu dibilang Cuma pingin kenalan, aku gak mau, nanti pagi-pagi jam 9 aku mau lapor ke Bos, aku gak mau lagi tugas malam di sini, aku mundur saja, emangnya gak ada kerjaan lain apa selain di sini, daripada di sini ketemu kuntilanak”, kata si Edi. Kamipun tertawa mendengar ocehan si Edi.
Demikianlah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit ini, semoga dapat menghibur anda.
Nama saya Purnomo, waktu malam itu sekitar dua tahun lalu, saya sedang mengerjakan pekerjaan meratakan tanah yang rencanananya mau dibuat jalan raya di pinggir Kalimalang. Sebagai operator alat berat, bekerja mengoperasikan buldozer sampai jam 23 malam sudah biasa saya lakukan.
Saat malam tiba, untuk menghemat biaya transport saya memang biasa menginap di bedeng dan pulang semingu sekali saat bekerja di proyek. Waktu itu sekitar jam 12 malam, setelah makan, minum dan merokok sebentar saya masuk bedeng untuk tidur agar esok harinya saya bisa bugar dan bisa bekerja kembali. Saya ditemani oleh kawan saya, Edi namanya. Dia bertugas sebagai petugas keamanan proyek.
Singkat cerita, saat sedang enak-enaknya tidur, saya merasa celana saya melorot, sambil merem saya naikkan lagi celana saya dan saya melanjutkan tidur. Saya memang suka memakai celana kombor kalau lagi tidur. Beberapa saat kemudian saya merasa celana saya melorot lagi, saya naikkan lagi dan saya ganti posisi, saya tidur miring menghadap si Edi yang tidur di samping saya sambil kaki saya lipat, tidak selonjor.
Tidak berapa lama kemudian, saya merasakan celana saya ditarik sehingga kaki saya lurus dan celana saya seperti ada yang memelorotkan, lalu saya membuka mata lalu melihat ke arah kaki. Saya kaget, ada wanita begaun putih berambut awut-awutan sedang menarik celana saya. Secara spontan sayapun langsung berteriak marah “kurang ajar, gangguin orang tidur aja”, lalu dia pergi melayang sambil tertawa cekikikan “hi hi hi” menuju dahan sebatang pohon rindang.
Teriakan saya memang cukup keras sehingga membagunkan si Edi dari tidurnya. “Ono opo pur”, kata si Edi dengan logat Suroboyoannya yang sangat kental. “Aku digagguin Kunitilanak, orang lagi enak-enak tidur celanaku dipelorot”, jawab saya.
“Kamu ngarang aja, ngimpi kali kamu”, kata Si Edi.
“ya terserah kalau gak percaya, kamu tidur lagi aja, aku sudah tidak bisa tidur lagi gara-gara kuntilanak genit itu, aku ke warung kopi saja, mau ngopi dulu”, kata saya kepada Edi. Aku melihat jam tangan saya menunjukkan waktu pukul 03.00.
“enak saja kamu, aku ya ikut ngopi dong”, kata Edi. Lalu kami keluar bedeng menuju warung kopi yang tak jauh dari bedeng kami. Di warung kopi kami bertemu beberapa tukang ojek yang biasa mangkal dekat warung kopi itu, ada satu yang telah kami kenal dekat yaitu bang Heri.
“sudah pada bangun?”, kata si heri kepada kami. “Ya bang, ini si Pur bangun katanya gara-gara digangguin kuntilanak”, jawab Edi.
“ya kalau di situ mah sudah biasa itu, kuntilanaknya suka iseng”, kata bang Heri.
“ah yang bener bang?”, tanya si Edi kepada bang Heri seperti ketakutan.
“iya, banyak orang yang digangguin di situ”, kata bang Heri dengan santainya. “Emang si Pur digangguin gimana?”, lanjut bang Heri. Edi tidak menjawab tapi melihat ke saya, akhirnya saya yang menjawab “celana saya dipelorotin”, kata saya singkat.
“haha, itu berarti kuntilanakanya suka sama kamu Pur”, kata bang Heri.
“jadi bener bang ada kuntilanak di situ?”, tanya si Edi kepada bang Heri.
“ya benerlah, emang kenapa?, kamu takut?, gak usah takut” kata bang Heri kepada si Edi.
“kamu takut nggak?”, tanya Edi kepada saya.
“Nggak, itu sih biasa, waktu aku tugas di hutan Kalimantan lebih parah lagi, lebih banyak dan lebih mengerikan, tapi gak usah takut sama yang begituan, yang penting kita gak gangguin mereka, paling mereka cuma pingin kenalan aja”, jawab saya kepada Edi.
“kalian pada edan semua, masa sama hantu gak takut, ketemu hantu dibilang Cuma pingin kenalan, aku gak mau, nanti pagi-pagi jam 9 aku mau lapor ke Bos, aku gak mau lagi tugas malam di sini, aku mundur saja, emangnya gak ada kerjaan lain apa selain di sini, daripada di sini ketemu kuntilanak”, kata si Edi. Kamipun tertawa mendengar ocehan si Edi.
Demikianlah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit ini, semoga dapat menghibur anda.