Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan

Cerita Mistik Pengalaman Meminta Uang Kepada Nyai Ratu Kidul

Cerita Mistik Pengalaman Meminta Uang Kepada Nyai Ratu Kidul ini diangkat dari sebuah kisah nyata yaitu pengalaman Herry, salah seorang warga asal Purwokerto, Jawa Tengah yang kini tinggal di daerah Cimanggis, Depok, Jawa Barat.  Waktu itu ia diminta oleh salah seorang kawannya yang bernama Subekti untuk menemani meminta uang kepada Nyai Ratu Kidul.  Ia tidak dapat permintaan Subekti karena selain Subekti lebih tua, Herry juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal yang bersifat mistik.  Jadilah Herry menemani Subekti ke sebuah goa di daerah Ujung Kulon Banten untuk Minta Uang Kepada Nyai Ratu Kidul.  Berikut ini adalah Cerita Mistik Pengalaman Meminta Uang Kepada Nyai Ratu Kidul.

Sepuluh tahun lalu, Subekti yang merupakan pengusaha sedang mengalami kebangkrutan, ia dililit banyak hutang, bahkan mencapai milyaran rupiah.  Ia telah berupaya kesana kemari untuk mencari uang agar dapat membayar hutangnya. Namun sejauh ini ia belum beruntung, bahkan hutangnya semakin banyak.  Ia tidak berputus asa, ia tetap berusaha dengan segala cara.  Akhirnya ia bertemu dengan salah seorang dukun yang menyarankannya untuk meminta uang kepada Nyai Ratu Kidul.  Ia pun setuju dengan saran dukun itu karena merasa sudah tidak ada jalan lain lagi.  Karena Subekti setuju, lantas sang dukun itu memberitahu cara menemui Nyai Ratu Kidul yaitu harus masuk ke salah satu goa di daerah Ujung Kulon, Banten.


Berbekat niatan yang kuat serta tekad yang telah bulat, Subekti akan menemui Nyai Ratu Kidul.  Ia telah menentukan hari keberangkatannya menuju goa di Ujung Kulon tersebut.  Namun, dalam hatinya ada sedikit rasa takut kalau harus sendirian di dalam goa.  Karena itu, ia berniat untuk mengajak Herry, salah seorang kawannya yang telah malang melintang di dunia mistik dan memiliki keberanian tinggi.


Subekti segera menemui Herry yang tinggal di daerah Cimanggis, Depok, Jawa Barat.  Ia mengutarakan kepada Herry tentang niatnya menemui Nyai Ratu Kidul untuk meminta uang.  Herry tidak dapat menolak ajakan Subekti karena selain Subekti lebih tua, Herry juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal yang bersifat mistik.  Selain itu, Herry juga punya kawan yang memiliki hubungan dekat dengan Nyai Ratu Kidul.


Hari keberangkatan yang telah ditentukan telah tiba, dan mereka berdua berangkat menuju goa di Ujung Kulon tersebut. Sesampai di Ujung Kulon, mereka bertanya kepada beberapa warga tentang goa yang dimaksud  Akhirnya, berkat bantuan dan petunjuk warga, mereka sampai di goa yang dimaksud. Menurut petunjuk sang dukun, mereka harus bermalam di dalam goa tersebut dan tidak boleh tidur sampai bertemu dengan Nyai Ratu Kidul.


Mereka berdua memasuki goa saat waktu menjelang maghrib.  Saat memasuki goa, Subekti sudah merasa merinding.  Ia minta kepada Herry agar Herry saja yang menemui Nyai Ratu Kidul sehingga Herry saja yang berjaga sementara akti tidur di samping Herry. Herry tidak bisa menolak permintaan Subekti.  Ia pun berjaga.


Malam pertama Herry berjaga di dalam goa, tepatnya tengah malam, Herry merasa ada sesuatu yang datang.  Meski dalam kegelapan, Herry masih bisa melihat makhluk bersosok besar bersisik mengkilat berada tepat di depannya.  Makhluk itu melihat Herry tapi tidak berbicara apapun.  Herry hanya diam karena ia berkeyakinan bahwa sosok makhluk tersebut bukanlah Nyai Ratu Kidul.  Herry mengamati makhluk tersebut dan ternyata makhluk  tersebut berbentuk ular yang sangat besar.  Ada rasa gentar juga dalam hati Herry, tetapi karena keyakinannya bahwa ular tersebut bukanlah ular biasa, maka ia mampu meredam rasa takutnya, hingga akhirnya ular besar tersebut menghilang dari hadapannya saat menjelang fajar.


Saat pagi telah tiba, Herry membangunkan Subekti yang tidur pulas di sampingnya. Lalu mereka keluar dari goa tersebut. Herry bercerita kepada Subekti apa yang telah dialaminya. Lalu Herry menelepon kawannya yang bernama Gus Ihya' yang memiliki hubungan dekat dengan Nyai Ratu Kidul.  Ia bercerita kepada Gus Ihya' tentang apa yang sedang dilakukan dan telah dialaminya di dalam goa. Herry minta tolong kepada Gus Ihya' untuk menanyakan kepada Nyai Ratu Kidul apakah benar Nyai Ratu Kidul bisa memberikan uang kepada Subekti.  Lalu, kata Herry, Udin yang tinggal di Purwakarta, Jawa Barat itu berkomunikasi dengan Nyai Ratu Kidul.


Beberapa saat kemudian, Gus Ihya' menelepon Herry dan meminta Herry dan Subekti tidak melanjutkan ritualnya di goa tersebut karena Nyai Ratu Kidul tidak akan pernah memberikan uang kepada sembarang orang, dan Subekti bukanlah orang yang berhak mendapatkan uang dari Nyai Ratu Kidul. Menurut Herry, Udin mengatakan bahwa yang akan datang kepada mereka di goa itu adalah para siluman pengawal Nyai Ratu Kidul yang bisa saja memberikan uang tetapi akan minta imbalan atau kontrak yang berakibat tidak baik bagi diri dan keluarga Subekti.  Gus Ihya' meminta mereka segera pulang ke rumah masing-masing.


Herry menceritakan apa yang telah ia dengar dari Gus Ihya' kepada Subekti, dan Subekti bisa mengerti apa yang dimaksud Gus Ihya'.  Akhirnya mereka meninggalkan goa itu, tetapi Subekti tidak mau pulang ke rumah melainkan minta diantarkan Herry menemui Gus Ihya' karena Subekti ingin minta tolong kepada Gus Ihya'.  Akhirnya mereka bertemu Gus Ihya', dan Gus Ihya' bersedia membantu menyelesaikan masalah hutang Subekti.


Kini, Subekti bersyukur kepada Tuhan selain hutangnya telah lunas, ia juga tidak jadi minta kepada Nyai Ratu Kidul atau para Siluman Pengawal Nyai Ratu Kidul.  Ia pun menyesali perbuatannya yang menyimpang.  Ia bertaubat kepada Tuhan.

Demikian dan terimakasih telah membaca Cerita Mistik Pengalaman Meminta Uang Kepada Nyai Ratu Kidul ini.  Semoga dapat menghibur anda.

Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit

Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit adalah sebuha cerita mistik yang saya angkat dari sebuah pengalaman (kisah nyata) yang dialami oleh Purnomo, salah seorang operator alat berat (buldozer) saat bermalam di sebuah lokasi proyek yang sedang dikerjakannya yaitu di daerah Kalimalang, Jakarta Timur.  Malam itu ia bersama Edi, seorang kawannya yang bertugas sebagai petugas keamanan proyekm sedang tidur di sebuah bedeng (rumah sementara buat bermalam para pekerja proyek) di pinggir Kalimalang. Saat ia tidur pulas, tiba-tiba ia terbangun karena merasa ada yang menarik atau melepaskan celananya, ternyata yang menarik atau yang mau melepaskan celananya adalah hantu kuntilanak. Berikut adalah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit itu.

Nama saya Purnomo, waktu malam itu sekitar dua tahun lalu, saya sedang mengerjakan pekerjaan meratakan tanah yang rencanananya mau dibuat jalan raya di pinggir Kalimalang. Sebagai operator alat berat, bekerja mengoperasikan buldozer sampai jam 23 malam sudah biasa saya lakukan.


Saat malam tiba, untuk menghemat biaya transport saya memang biasa menginap di bedeng dan pulang semingu sekali saat bekerja di proyek. Waktu itu sekitar jam 12 malam, setelah makan, minum dan merokok sebentar saya masuk bedeng untuk tidur agar esok harinya saya bisa bugar dan bisa bekerja kembali. Saya ditemani oleh kawan saya, Edi namanya. Dia bertugas sebagai petugas keamanan proyek.

Singkat cerita, saat sedang enak-enaknya tidur, saya merasa celana saya melorot, sambil merem saya naikkan lagi celana saya dan saya melanjutkan tidur.  Saya memang suka memakai celana kombor kalau lagi tidur. Beberapa saat kemudian saya merasa celana saya melorot lagi, saya naikkan lagi dan saya ganti posisi, saya tidur miring menghadap si Edi yang tidur di samping saya sambil kaki saya lipat, tidak selonjor.

Tidak berapa lama kemudian, saya merasakan celana saya ditarik sehingga kaki saya lurus dan celana saya seperti ada yang memelorotkan, lalu saya membuka mata lalu melihat ke arah kaki.  Saya kaget, ada wanita begaun putih berambut awut-awutan sedang menarik celana saya. Secara spontan sayapun langsung berteriak marah “kurang ajar, gangguin orang tidur aja”, lalu dia pergi melayang sambil tertawa cekikikan “hi hi hi” menuju dahan sebatang pohon rindang.

Teriakan saya memang cukup keras sehingga membagunkan si Edi dari tidurnya. “Ono opo pur”, kata si Edi dengan logat Suroboyoannya yang sangat kental.  “Aku digagguin Kunitilanak, orang lagi enak-enak tidur celanaku dipelorot”, jawab saya.

“Kamu ngarang aja, ngimpi kali kamu”, kata Si Edi.

“ya terserah kalau gak percaya, kamu tidur lagi aja, aku sudah tidak bisa tidur lagi gara-gara kuntilanak genit itu, aku ke warung kopi saja, mau ngopi dulu”, kata saya kepada Edi. Aku melihat jam tangan saya menunjukkan waktu pukul 03.00.

“enak saja kamu, aku ya ikut ngopi dong”, kata Edi. Lalu kami keluar bedeng menuju warung kopi yang tak jauh dari bedeng kami.  Di warung kopi kami bertemu beberapa tukang ojek yang biasa mangkal dekat warung kopi itu, ada satu yang telah kami kenal dekat yaitu bang Heri.

“sudah pada bangun?”, kata si heri kepada kami. “Ya bang, ini si Pur bangun katanya gara-gara digangguin kuntilanak”, jawab Edi.

“ya kalau di situ mah sudah biasa itu, kuntilanaknya suka iseng”, kata bang Heri.

“ah yang bener bang?”, tanya si Edi kepada bang Heri seperti ketakutan.

“iya, banyak orang yang digangguin di situ”, kata bang Heri dengan santainya.  “Emang si Pur digangguin gimana?”, lanjut bang Heri. Edi tidak menjawab tapi melihat ke saya, akhirnya saya yang menjawab “celana saya dipelorotin”, kata saya singkat.

“haha, itu berarti kuntilanakanya suka sama kamu Pur”, kata bang Heri.

“jadi bener bang ada kuntilanak di situ?”, tanya si Edi kepada bang Heri.

“ya benerlah, emang kenapa?, kamu takut?, gak usah takut” kata bang Heri kepada si Edi.

“kamu takut nggak?”, tanya Edi kepada saya.

“Nggak, itu sih biasa, waktu aku tugas di hutan Kalimantan lebih parah lagi, lebih banyak dan lebih mengerikan, tapi gak usah takut sama yang begituan, yang penting kita gak gangguin mereka, paling mereka cuma pingin kenalan aja”, jawab saya kepada Edi.
“kalian pada edan semua, masa sama hantu gak takut, ketemu hantu dibilang Cuma pingin kenalan, aku gak mau, nanti pagi-pagi jam 9 aku mau lapor ke Bos, aku gak mau lagi tugas malam di sini, aku mundur saja, emangnya gak ada kerjaan lain apa selain di sini, daripada di sini ketemu kuntilanak”, kata si Edi. Kamipun tertawa mendengar ocehan si Edi.

Demikianlah Cerita Digoda Hantu Kuntilanak Genit ini, semoga dapat menghibur anda.

Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang

Namaku Supriyono. Waktu itu, sekitar sepuluh tahun yang lalu, aku dan dua orang kawanku, Yudha dan Eko sedang berwisata ke Lawang Sewu, sebuah gedung tua bersejarah di kota Semarang. Di sana, setelah kami mencari juru kuncinya, kami meminta ijin untuk masuk. Setelah diberi ijin, kami diantarkan memasuki gedung tua bersejarah itu. Saay masuk di pintu gerbang yang besar kami diberi beberapa nasehat serta pantangan.  Berikut adalah Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang.

Saat kami melewati lorong, tiba-tiba aku merasa merinding, seakan ada yang mengikutiku dari belakang. Akupun menoleh ke belakang, dan ternyata benar, sosok hantu wanita mengikutiku. Akupun kembali meneruskan berjalan di lorong itu. Pandanganku menyasar ke sekeliling, ternyata ada satu tangan besar hitam berbulu lebat menutupi jendela. Ya, itu tangan hantu gondoruwo. Tapi aku diam saja, aku tidak berkomentar karena sesuai pesan juru kunci bahwa kami tidak boleh berisik dan tidak boleh berkomentar di dalam gedung ini.



Perjalanan kami lanjutkan ke loteng atau ruang atas. Nuansa mistis gedung ini kian terasa. Kami bertiga saling terdiam. Kami melihat hantu pocong dengan muka hancur tak karuan.  Kami segera turun, dan perjalanan kami lanjutkan ke ruang tengah. Setelah kami memasuki ruangan, aku melihat sebuah bayangan berkelebat menembus tembok,

Perjalanan kami lanjutkan ke ruang bawah tanah atau 'bungker', namun menurutku ruangan ini sebenarnya ini bukanlah bungker tetapi melainkan tempat penyimpanan atau persediaan air bersih pada jaman Belanda. Maka tak heran jika sampai saat ini bangunan Lawang Sewu tersebut terus tergenang air dan harus di pompa keluar agar air tidak membanjiri objek wisata utama di Lawang Sewu tersebut.

Saat pertama turun ke ruang bawah tanah tersebut, nuansa mistik sudah sangat terasa. Ruang tersebut pengap dan terdapat beberapa lampu temaram yg masih terlihat baru.  Konon, lampu-lampu temaram ini dipasang karena banyaknya orang yang kesurupan di tempat ini.
Saat memasuki ruangan ini, aku mendengar seperti ada suara banyak orang, tetapi tidak jelas orang banyak itu bicara apa. Pada saat kejadian ini, hanya aku yang mendengar, dua kawanku tak mendengar. Lalu kita semua bersama pemandunya segera naik ke atas dan meninggalkan ruang bawah tanah tersebut.

Lawang Sewu merupakan salah satu gedung bersejarah di Semarang, Jawa Tengah yang Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak meskipun pada kenyataannya jumlah pintunya tidak meencapai seribu. Bangunan kuno yang terletak di Semarang Jawa Tengah ini, ternyata memiliki cerita misteri yang sangat menyeramkan. Pasalnya, banyak masyarakat yang melihat penampakan-penampakan di lawang sewu semarang seperti hantu pocong, kuntilanak serta berbagai hantu lainnya. Lawang Sewu terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Jika pengunjung memasukkan bangunan utama, mereka akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda.

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, Lawang Sewu merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yaitu pusat perusahaan kereta api (trem). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.

Terimakasih telah membaca Cerita Bertemu Hantu Pocong di Gedung Lawang Sewu Semarang ini, semoga dapat menghibur anda

Cerita Dua Malam Bermimpi Dikejar Harimau

Namaku Ridwan, saat ini usiaku 51 tahun dan aku tinggal di Malang, Jawa Timur. Melalui Cerita Mistik ini aku ingin berbagi cerita tentang kejadian yang aku alami sekitar duapuluh tahun yang lalu. Saat itu, dua malam berturut-turut setiap malam aku selalu bermimpi dikejar-kejar oleh harimau.  Setiap hari aku gelisah dan selalu takut saat malam tiba.  Berbagai amalan dan do’a yang telah aku pelajari selalu aku baca setiap kali aku menjelang tidur, namun harimau itu masih tetap selalu mengejar dan hendak menerkamku. Awalnya aku tidak tahu kenapa bisa terjadi, tapi setelah aku merenung, ternyata peristiwa mimpi itu terjadi setelah aku menemukan sebuah batu akik di bawah sebuah pohon tua yang ada di kebunku.  Berikut ini adalah cerita Dua Malam Bermimpi Dikejar Harimau.

Duapuluh tahun yang lalu, saat itu hari Kamis pas menjelang maghrib, aku baru saja selesai menyirami tanaman labu yang aku tanam. Karena kecapean, aku tidak segera berkemasa dan pulang tetapi aku duduk di bawah pohon tua, pohon Asam Jawa untuk melepas lelah sambil merekok.


Tidak sengaja pandanganku tertuju pada sebuah benda bulat hitam yang ada di depanku, lalu aku tergerak untuk memungutnya.  Ternyata benda itu adalah sebuah batu akik. Aku bersihkan lalu aku masukkan ke dalam kantong bajuku. Setelah selesai menghisap sebatang rokok, akupun berkemas dan pulang karena matahari sudah mulai terbenam dan suara tarhim terdengar dari pengeras suara di masjid kampungku.

Singkat cerita, malam hari itu, aku tidur agak awal dari biasanya karena kelelahan sehari bekerja di kebun.  Sekitar jam 8 malam sehabis shalat isya’ rasa kantuk sudah tak tertahankan, akupun segera tertidur.  Saat itulah pertama kali aku bermimpi dikejar harimau.

Dalam mimpi itu, aku seakan berada di suatu tempat yang tidak aku kenal, seperti berdiri di tengah sebuah hutan.  Lalu datang seekor harimau besar di hadapanku seakan mau menerkamku. Akupun berbalik dan segera lari sekencang-kencangnya sambil berteriak minta tolong.  Ternyata aku memang berteriak dalam tidurku, teriakanku minta tolong terdengar oleh anak dan istriku yang saat itu sedang bercengkerama di ruang tengah. Mereka segera memasuki kamar dan istriku membangunkanku. “pak, bangun pak”, terdengar olehku suara istriku membangunkanku sambil memggoyangkan tubuhku. Akupun segera bangun dengan nafas tersengal seperti orang sehabis lari. “ada apa pak, lagi mimpi ya, mimpi apa kok teriak-teriak minta tolong?”, tanya istriku. “aku mimpi dikejar harimau”, jawabku. “bapak tidur gak berdo’a dulu kali, nih minum dulu”,  kata istriku sambil menyodorkan segelas air putih yang memang selalu tersedia di meja kamar.

Setelah minum, aku agak tenang, aku melihat jam dinding, baru jam 20.30. Ternyata aku baru tidur sebentar, tapi aku tidak ngantuk lagi.  Terus terang saat itu aku gelisah, bayangan harimau yang mau menerkamku masih terbayang.

Karena merasa tidak ngantuk, aku ke ruang depan dan duduk di kursi tamu sambil membaca buku, tak terasa aku tertidur sampai adzan subuh di kursi tamu.
Siang hari aku jalani seperti biasa, berkebun. Dan malampun tiba, aku tidak merasakan keanehan apapun. Malam ini aku tidur agak larut, jam 12 malam.  Saat tidur itulah, mimpi seperti malam sebelumnya terjadi lagi, sama persis, aku seakan berada di sebuah hutan lalu datang seekor harimau besar mau menerkamku, dan akupun berlari sambil berteriak minta tolong.  Teriakanku terdengar oleh istriku yang sedang tertidur pulas di sampingku.  Istriku segera membangunkanku lalu menenangkanku.
“Mimpi apalagi to pak?”, tanya istriku. “aku mimpi seperti kemarin lagi, aku seperti berada di hutan lalu didatangi harimau. Harimau itu mau menerkamku, lalu aku lari sambil berteriak minta tolong”, jawabku.  Aku melihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 00.30, berarti aku baru terlelap setengah jam, sama seperti malam sebelumnya.

“ya sudah, malam ini kita jangan tidur, besok pagi kita ke rumah pak Haji Saman menanyakan hal ini”, kata  istriku.
“kamu tidur saja, biar aku tidur sambil duduk di ruang depan, semalam aku tertidur saat duduk juga tidak terjadi apa-apa kok”, kataku menenangkan istriku. “ya sudah, kalau begitu aku juga tidur di ruang depan saja”, jawabnya.  Lalu kami ke ruang depan, aku duduk di kursi sementara istriku menggelar tikar untuk tidur.

Keesokan harinya kami ke rumah pak haji Saman, tidak jauh, hanya berjarak 10 rumah dari rumahku. Sampai di rumah pak haji Saman, kami mengucapkan salam dan kami disambut oleh pak Haji Saman sendiri.

“Assalamu’alaikum”, salam kami kepada penghuni rumah pak haji Saman. “wa’alaikum salam, ayo masuk, tumben pagi-pagi kesini, ada yang bisa saya bantu?”, sambut pak haji Saman ramah.

Lalu aku menceritakan apa yang  aku alami. Lalu pak haji Saman diam sejenak, seperti bertafakkur, lalu berkata “kemarin lusa kamu menemukan sesuatu ya, ya kembalikan saja ke tempat semula, itu tidak baik kamu simpan. Insyaallah tidak terjadi apa-apa lagi”. Akupun menjawab “benar pak haji, baiklah kalau begitu, saya segera mengembalikannya”, lalu kami berpamitan.

Sesampai di rumah, aku segera mengambil batu akik yang aku temukan kemarin lusa, lalu aku bawa ke kebun dan aku kembalikan ke tempat semula.  Sejak itu aku tidak pernah lagi bermimpi mau diterkam dan dikejar harimau lagi.

Cerita Mendadak Menjadi Juragan Mobil Angkutan Kota dalam Sekejap

Namaku Welly, saat ini aku sudah berusia 62 tahun. Aku tinggal di daerah Jakarta Pusat. Sekitar 5 tahun yang lalu aku diajak seorang kawan yang bernama  Doni ke daerah pinggiran Bekasi.  Waktu itu Doni bekerja sebagai Supir mobil Angkutan Kota. Sebagai kawan, aku mengiyakan saja permintaannya, akupun tidak menanyakan apa tujuannya.  Ini adalah Cerita Mendadak Menjadi Juragan Mobil Angkutan Kota dalam Sekejap.

Malam itu, tepatnya malam Jum’at jam 20.00 lima tahun yang lalu, dengan menggunakan mobil bututku, aku dan Doni berangkat dari Jakarta ke sebuah perkampungan di daerah Bekasi. Setelah sampai di tempat tujuan, kami memasuki sebuah gubug kecil yang hanya diterangi lampu tempel. Di rumah itu, kami diterima oleh Bang Samin. Kepada bang Samin, Doni mengutarakan maksud kedatangannya. Baru aku tahu bahwa tujuan Doni adalah untuk mencari nomor kode Judi Togel dan bang Samin adalah semacam juru kunci.



Setelah mendengar maksud dan tujuan kedatangan Doni, bang Samin mempersilakan Doni untuk bermalam di samping sebuah makam tua yang letaknya tak jauh dari gubug itu.  Karena merasa takut, Doni minta kepada Bang Samin ijin untuk diperbolehkan aku dampingi, dan bang Saminpun menijinkannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, aku dan Doni segera menuju ke makam tua yang ditunjukkan oleh bang Samin.  Lokasi makam tua itu ada di tengah persawahan. Setelah sampai di makam tua itu, kami duduk di samping makam.  Doni si sisi barat makam sedang aku di sisi timur.  Tak berapa lama, Doni mengantuk dan tertidur. Karena aku terbiasa jaga malam, maka aku tak mengantuk. Aku hany bisa diam sambil merokok.

Beberapa saat kemudian, di saat Doni terpulas dengan tidurnya, tiba-tiba aku dikagetkan dengan adanya kursi berjalan melintas di depanku bersamaan dengan hembusan angin kencang.  Setelah melintas di depanku,  kursi itu lenyap tak terlihat. Aku hanya terbengong karena kaget.  Aku tak menghiraukannya,  aku tetap diam sambil menikmati hangatnya rokok kretek. Riba-tiba aku dikagetkan lagi dengan adanya ban mobil yang menggelinding di depanku, sama seperti sebelumnya, ban itu menggelinding disertai hembusan angin kencang.  Aku masih diam. Beberapa saat kemudian, aku dikagetkan lagi dengan adanya tongkat yang berjalan melintas di depanku.  Aku mulai curiga, tapi aku diamkan saja.  Sesaat kemudian kembali ada dua roda melintas di depanku lagi.  Akupun tetap tenang, tidak mempedulikannya.

Selang beberapa menit, tiba-2 terdengan adzan subuh dari perkampungan.  Akupun membangunkan Doni dan mengajak Doni kembali ke gubung itu.
Setelah sampai di gubug it, Doni ditanya oleh bang Samin, “bagaimana?, dapat firasat apa), tanya bang Samin kepada Doni.  Lalu Doni menjawab “tidak ada apa-apa bang”. Lalu bang Samin bertanya kepadaku “bagaimana? Mendapatkan firasat atau kejadian apa?, tanya bang Samin.  Lalu aku menceritakan  apa yang aku alami kepada bang Samin,

Mendengar apa yang aku ceritakan, bang Samin menjelaskan bahwa kursi yang melayang di depanku melambangkan angka 4, lalu roda menunjukkan angka 0, tongkat menujukkan angka 7 dan roda dua roda menunjukkan angka 8. Jadi kode angkanya adalah 4078.

Setelah mendapatkan penjelasan, lalu Doni pamit pulang.  Sebelum pulang ia berjanji kepada bang Samin bahwa kalau ia menang dan ia mendapatkan hadiah uang, maka ia akan membelikan bang Samin sebuah televisi. Lalu kamipun kembali pulang ke Jakarta.

 Keesokan harinya, Doni memasang angka kode judi yang ia dapatkan dan ia menang serta mendapatkan hadiah milyaran rupiah.  Doni mendadak jadi orang kaya.  Uang yang ia dapatkan digunakannya untuk membeli sebuah rumah dan sepuluh buah mobil armada Angkutan Kota, ia yang semula sebagai Supir mobil Angkutan kota, mendadak ia menjadi Juragan mobil Angkutan Kota.  Sejak itu aku tak pernah bertemu Doni lagi.

Tetapi itu tidak berlangsung lama. Hanya dalam waktu dua tahun, rumah dan semua mobil armada Angkutan Kota yang ia miliki dari hasil Judi Togel itu habis ia jual, Doni bangkrut, dan kini ia kembali menjadi Supir mobil Angkutan Kota lagi.

Saat ia kembali menjadi supir angkutan kota lagi, ia datang ke rumahku dalam keadaan lusuh untuk meminjam uang buat keperluan bayar uang kontrakan rumah. Akupun kaget dengan kondisinya. Lalu ia menceritakan perjalanan usahanya, ia tak tahu kenapa bisa bangkrut.  Iapun minta maaf karena saat ia kaya ia melupakanku. Lalu aku bertanya kepadanya “apa kamu sudah membelikan bang Samin televisi seperti yang pernah kamu janjikan?”, “wah iya, aku bener-bener lupa Wel, kenapa kamu gak ngingetin aku?, apa karena itu aku bangkrut?”. Aku hanya bilang “wallahu a’lam bis shawab, tapi yang penting menurutku kembalilah kamu ke jalan yang benar, bertaubatlah sebelum kau terlambat, masih ada waktu”, kataku sambil memberikan uang kepdanya buat keperluannya membayar uang kontrakan rumah.  Lalu ia berpamitan pulang, dan hingga kini aku tak pernah bertemu lagi.

Sebagai kawan, aku hanya bisa bermohon kepada Tuhan agar Tuhan berkenan mengampuninya dan menunjukkan jalan yang benar kepadanya.

Demikianlah kisah Cerita Mendadak Menjadi Juragan Mobil Angkutan Kota dalam Sekejap, terima kasih telah membacanya dan semoga dapat menghibur anda.

Cerita Pengalaman Diinjak Hantu Gondoruwo

Cerita Pengalaman Diinjak Hantu Gondoruwo ini saya angkat dari pengalaman saya 7 tahun yang lalu saat tidur di kios tempat usaha saya. Mungkin Pengalaman tidur terasa badan dihimpit / ditindih mugkin pernah anda rasakan dan mengakibatkan seseorang itu terasa tidak dapat bangun, bergerak dan menjerit.  Hal ini pula yang pernah saya alami saat tidur di kios tempat saya bekerja. Ini adalah pengelaman pertama saya melihat makhluk yang katanya bernama gondoruwo.  Berikut ini adalah Cerita Pengalaman Diinjak Hantu Gondoruwo.

Nama saya khairun, sejak tujuh tahun yang lalu saya membuka usaha jasa pengetikan dan rental komputer di sebuah kios yang ada di salah satu komplek perumahan di bilangan Kalimalang Jakarta Timur.  Saya membuka usaha pengetikan dan rental komputer bersama dua orang kawan saya yang bernama Ade dan Adi.



Suatu malam,  tepatnya malam Jum’at tanggal 19 Januari tahun 2006, kami bertiga, saya, Adi dan Ade, tidur di kios itu karena malam sudah larut dan jam dinding sudah menunjukkan angka jam 00.30. Kamipun tidak mengalami kesulitan untuk segera lelap karena badan sudah letih setelah kerja seharian bahkan hingga larut malam.

Di tegah pulasnya tidur, tiba-tiba saya merasa ada himpitan yang menyebabkan saya merasa sesak untuk bernafas sehingga saya terbangun. Saat mata saya terbuka, saya masih sangat teringat dengan jelas saat itu mata saya yang memandang ke atas tertuju pada wajah yang seram dengan tubuh yang besar hitam dan berbulu lebat. Saya juga melihat dan merasakan bahwa yang membuat saya merasa sesak adalah kakinya yang besar dan berbulu menginjak perut dan dada saya.  Saya langsung berontak dan berteriak sambil menyingkirkan kaki itu dari perut .  Saya berhasil melepaskan diri dari injakan kaki gondoruwo itu.

Teriakan saya ternyata membangunkan kedua rekan saya, Adi dan Ade yang tidur di sebelah saya.  Adi, yang memang memiliki kemampuan penglihatan terhadap makhluk gaib, segera tanggap terhadap situasi yang terjadi.  Adi lalu kemudian komat-kamit sebentar membaca mantera atau do’a lalu ia berbicara keras dan membentak“Hei, kamu jangan sembarangan di sini, kami yang punya kuasa di tempat ini, jika kamu tidak segera pergi dari tempat ini jangan salahkan aku jika aku hajar kamu”.

Setelah adi berteriak mengusir, makhluk tinggi besar hitam berbulu lebat itu menghilang dari penglihatan saya.  Lalu Adi membantu  menenangkan saya dengan menyodorkan segelas air minum.  Kemudian saya bertanya kepada Adi “itu tadi apaan Di, serem banget”, “ya itu namanya Hantu Gondoruwo, emang kamu ngelihat tadi?”, jawab Adi sambil bertanya kepada saya. “ya, aku lihat jelas banget”, jawab saya. “Itu tadi memang Gondoruwo yang tinggal di sini, tempat ini lama tidak ditempati bangsa manusia jadi dia tinggal di sini, tapi tenang saja kamu, dia sudah pergi kok, gak bakalan berani nalik lagi.  Dia pindah ke kebun sana”, kata Adi.

Sementara Ade, yang merasa tidak melihat apa-apa dan bahkan merasa terganggu tidurnya hanya berkata “kalian malam-malam begini bikin ulah aja, ribut apaan sih, pakai teriak segala”, dan sayapun segera manjawab dengan keras “bikin ulah apaan, aku diinjak gondoruwo tau”. “Ah kau ngimpi kali, mana ada Gondoruwo di jaman begini,  Ini jaman komputer coy, bukan jaman purba” katanya sambil menutupkan selimut ke wajahnya untuk kembali tidur.  Adi hanya tersenyum melihat kelakuan si Ade..

Kejadian tersebut tidak membuat saya takut tidur di tempat tersebut karena di tempat itulah kami selalu bermalam, dan sampai kini kejadian itu tak pernah terulang lagi karena menurut Adi, si Gondoruwo sudah pergi dari tempat kami itu.

Demikianlah Cerita Pengalaman Diinjak Hantu Gondoruwo ini, terimakasih telah membacanya, dan semoga dapat menghibur anda.

Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker

Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker.  Adalah cerita yang diangkat dari sebuah kisah yang melegenda terkait keberadaan pohon beringin tinggi dan besar yang ada di kampungku.   Di bawah Pohon beringin itulah tempat ku bermain semasa kecilku. Orang-orang di kampungku selalu berkata bahwa beringin tua itu ada penunggunya yang bernama "Ki Semar". Konon, ki semar adalah nama panggilan seorang Demang di zaman VOC saat VOC masih bercokol di bumi ibu pertiwi ini.  Berikut adalah Cerita Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker..

Menurut cerita, Demang Ki Semar bunuh diri menggantungkan lehernya di atas pohon itu karena kekecewaannya terhadap istrinya. Istrinya yang cantik telah berselingkuh dengan perwira muda kerajaan belanda yang dikenal bernama Menir Gobang. Kata orang-orang di kampungku, Menir Gobang adalah perwira muda yg membawahi satu kompi tentara kompeni di benteng batavia di Cisadane, tepatnya di daerah Pasar Baru.



Kegantengan dan kegagahan Menir Gobang sangat memikat hati setiap wanita di saat itu. Apalagi ketika dia memakai seragamnya. Dengan pangkat di bahunya yg kekar, berwarna ke-emasan, Seragam kompeni yang berwarna biru langit dan sepatu boot nya menambah kewibawaan nya. Senjata pistol di pinggang kanan melebihkan nilainya sebagai seorang pria sejati.

Masyarakat memanggilnya Menir Gobang karena dia acapkali meminta uang jago dari pedagang-pedagang yang berdagang di sekitaran pasar lama dan kali Cisadane. Gobang adalah istilah lain dari uang.

Rasa kekecewaan ki semar sangatlah pantas. dengan hati yg meradang tak bisa berbuat apa-apa ketika isterinya yang berparas ayu itu berpaling ke Menir Gobang. Dibawah cengkraman kolonial yg tak habis-habisnya menyedot sum-sumnya sedari kecil dia tak pernah tahu arti kemerdekaan mengemukakan pendapat, berbicara lantang atau mengkritik siapapun. Yang dia tahu hanya umpatan dan cercaan berbahasa belanda. Semenjak bersekolah di HIS, MULO,  dia sering di permainkan oleh anak petinggi VOC. dia masih bisa bertahan terhadap siksaan2 batinnya. Tapi tidak untuk perselingkuhan istrinya yg amat sangat dia cintai. habis sudah riwayatnya kini, hanya pohon beringin tua itu lah yg jadi saksi kesedihan nya. Lalu mengantarkan nyawanya keharibaan sang Maha penguasa.

Kembali pada keangkeran pohon beringin, beberapa orang dikampung ku tak ada yg berani berada di sekitar pohon beringin. Melihat pohonnya pun darah mereka berdesir dan langsung memalingkan muka. Seakan-akan  jasad Ki Semar masih tergantung di pohon itu.

Mungkin hanya aku dan beberapa kawan ku yg berani bermain di situ. kami sering tidur-tiduran di bawah pohonnya yg rindang dengan tali seperti akar yg menjuntai ke bumi. kami tak pernah merasa takut akan cerita orang kampung yg selalu menceritakan keangkeran pohon beringin ini. Kami malah menjadikan tempat itu sebagai markas.

Pernah suatu kali Uudin temanku anak pak ustad melihat ada seorang kakek tua bungkuk di situ. Ketika itu malam Jumat Kliwon.  Seperti biasa, bila malam jumat ada pengajian yg biasanya di lakukan di langgar kecil di tengah kampung. Kami di suruh pak ustad mengaji yasin.

Alih-alih Yasinan, kami malah janjian untuk bertemu di bawah pohon beringin itu, sebab banyak burung puyuh kalau malam tiba. Wahyu,  temanku suka sekali menangkap burung-burung itu. lalu membakarnya hingga aromanya membuat perut kami keroncongan.

Ketika janjian, udin datang paling awal. Dia termenung dengan wajahnya yg kesal. Aku lupa akan janjiku untuk bertemu di sana, wahyu pun sama....dan teman-teman yang lain pun tidak boleh keluar rumah oleh orang tuanya.

Tiba-tiba ada menepuk bahu Udin, entah darimana datangnya orang itu. "Sedang apa duduk disini nak?" ooohh....udin pucat pasi...dilihatnya kakek tua itu melayang-melayang di depan matanya. Tanpa bisa menjawab, Udin langsung tak sadarkan diri dan terjatuh di sisi pohon beringin. Keesokan harinya, Mak Rumput yg biasa berjualan nasi uduk keliling menemukannya tengah tertidur di bawah pohon itu.

Semenjak kejadian itu udin benar rajin mengaji dan enggan bermain di sekitar pohon itu lagi, tapi bagi kami tak masalah, kami tetap bermain di bawah pohon itu.Kini,   pohon beringin tua itu hampir roboh menyisakan cerita Ki Semar yang diceritakan masyarakat kampung turun temurun.

Demikianlah dan terimakasih telah membaca Kisah Tragis Ki Semar, Penunggu Pohon Beringin Angker, semoga dapat menghibur anda.

Cerita tentang Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung

Untuk kita yang tinggal di Indonesia yang masih kental dengan klenik, permainan jelangkung bukan sesuatu yang asing terdengar di telinga kita. Kali ini saya akan menyajikan sebuah kisah yang berjudul Cerita Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung.  Cerita ini diangkat dari pengalaman seseorang yang bernama Sigit tentang pengalaman pertama kali bermain mengundang Jelangkung bersama kawan-kawannya semasa ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Solo.  Jelangkung yang datang atas undangannya adalah ruh seorang anak yang berusia 8 tahun, hingga akhirnya Pak Sigit dan kawan-kawanya harus melakukan berbagai upaya untuk membantu Ibu Jelangkung. Berikut adalah Cerita Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung.

Waktu itu, sebenarnya saya tidak begitu percaya dengan cerita mengenai Jelangkung, tapi karena sedang libur, teman-teman satu kos mengajak untuk bermain mengundang jelangkung, dan karena semua teman setuju, maka saya juga setuju untuk bermain Jelangkung.



Kami berbagi tugas untuk mengumpulkan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk permainan Jelangkung ini.  Karena dilaksanakan secara bersama-sama, maka dalam waktu kurang dari satu jam semua perlengkapan telah siap.

Karena semua peralatan sudah siap, maka mantera pemanggilan jelangkung kami baca secara bersama-sama, dan setelah tiga kali kami baca mantera tersebut maka datanglah Jelangkung itu.  Begitu Jelangkung datang, seorang kawan bernama Joni yang bertugas menanyai Jelangkung mulai melaksanakan tugasnya.  Jelangkung akan menjawab dengan menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur tulis yang telah tersedia.

Joni: “Siapa namanu?”,

Jelangkung: “Sudarno”.

Joni: “Berapa tahun Umurmu?”

Jelangkung: “8 tahun”.

Joni: “Kenapa kamu mati ?”

Jelangkung: “kecelakaan”.

Joni: “Siapa nama ibumu?”

Jelangkung: “Sumarni”.

Joni: “Kamu minta apa?”

Jelangkung: “Tolonglah ibu saya”.

Joni: “Ibumu dimana?”.

Jelangkung: “(menulis  nama tempat lokalisasi di Solo)”.

Joni: “Bagaimana cara membantunya?”

Jelangkung: “beri uang 60 ribu”.

Joni: “kami tidak punya uang sebanyak itu”.

Jelangkung: “(menulis 4 huruf kode Judi Porkas)”.

Lalu Jelangkung tiba-tiba pergi.  Kami semua terbengong, kami kumpulkan semua uang yang ada untuk membeli kupon judi Porkas.  Lalu pada hari pengundian kupon, kami membeli kupon Porkas dengan kode yang kami dapatkan.  Kami harap-harap cemas menanti pengumuman pemenang judi Porkas, dan ternyata TIDAK KELUAR alias kalah.  Kami panik karena uang kami habis.

Selang tiga hari, kami panggil lagi Jelangkung, dan yang datang kembali kebetulan adalah Sudarno lagi.  Kami protes karena kode tidak keluar, lalu sudarno menjawab dengan tulisan ‘JANGAN SERAKAH”.

Dengan jawaban tu kami paham bahwa kami hanya boleh beli kupon untuk mendapatkan uang sebesar Rp. 60.000,-, tidak boleh lebih.  Lalu kami minta kode Porkas lagi ke Jelangkung dan jelangkung memberi kode lagi.  Setelah member kode, Jelangkung pergi.

Pada hari pengundian, kami membeli kupon Porkas dengan kode yang telah kami dapatkan, dan ternyata kode keluar sehingga kami mendapatkan uang sebesar Rp. 60.000.  Setelah kami dapatkan uang tersebut, kami mencari Sumarni, ibu si Jelangkung di lokalisasi yang telah disebut.  Dan benar, setelah bertanya ke sana kemari ternyata si Sumarni benar ada di situ, namun tidak bisa langsung bertemu dengan Sumarni karena sedang keluar.

Setelah sekitar 4 minggu, kami baru bisa bertemu dengan Sumarni, dan dia membenarkan bahwa ia memiliki anak bernama Sudarno yang telah mennggal 3 tahun sebelumnya dan ia membenarkan bahwa ia memang membutuhkan uang sebesar Rp. 60.000 untuk modal dagang telur Asin.

Kami menyerahkan uang Rp. 60.000 kepada Sumarni sesuai pesan Sudarno si Jelangkung, dan Sumarni pun kini sudah menjadi pedagang dan telah keluar dari lembah hitam.

Terima kasih telah membaca Cerita tentang Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung ini, semoga dapat menghibur anda.

Cerita dan Fakta Permainan Jelangkung

Cerita mengenai Jelangkung mungkin sudah banyak yang mendengar,  dan cerita tentang Jelangkung ini memang tersebar luas di masyarakat. Permainan gaib memanggil arwah atau roh untuk berkomunikasi atau jelangkung sudah menjadi mainan yang sering dibicarakan. Walaupun zaman sudah maju dengan teknologi canggih, permainan yang melibatkan makhluk gaib memberi tantangan tersendiri. Berikut ini adalah Cerita dan Fakta Permainan Jelangkung.

Jelangkung adalah permainan tradisional memanggil arwah atau roh masuk ke dalam media tertentu (boneka batok kelapa, boneka yang diberi pakaian dan spidol, media berupa batang pisang, jangka, koin dan sebagainya). Ada mantra pemanggil jelangkung yang harus diucapkan. Jika mantra ini berhasil, maka boneka batok kelapa atau media apapun akan bergerak dengan sendirinya.



Cerita tentang Jelangkung rupanya bukan sekedar cerita bohong atau mengada-ada karena dalam cerita itu ada anggota masyarakat yang terlibat. Entah kalimat apa yang tepat untuk digunakan dalam kasus ini, permainan atau ritual, yang jelas dalam cerita tentang Jelangkung ini ada ritualnya dan ritual Jelangkung ini biasanya hanya untuk bermain-main belaka.

Welly, 63 th, warga Menteng Jakarta Pusat menceritakan kepada infomistik saat ditemui di kiosnya bahwa mulanya dia tidak percaya adanya mahluk gaib yang bisa masuk ke peralatan-peralatan dapur yang biasa digunakan dalam permainan Jelangkung.  “Ini bukan sekedar cerita orang tetapi ini salah satu pengalaman hidup yang saya lakukan.  Suatu malam sehabis mengaji saya dan kawan-kawan, waktu itu kami berlima, sedang berkumpul di sebuah tanah lapang di dekat rumah guru ngaji saya, lalu ada kawan yang punya ide main Jelangkung.  Kontan saja semua tertarik dan segera mengumpulkan barang-barang peralatan dapur, ranting, tali, kertas dan pensil.  Dalam waktu singkat semua peralatan dirangkai dan sudah siap untuk dimainkan.  Namun ketika semua sudah siap, kawan-kawan tidak ada yang berani memegang peralatan tersebut dan akhirnya saya yang jadi pemegang peralatan itu dan kami berlima membaca mantera untuk memanggil Jelangkung.  Setalah mantera kami baca tujuh kali, Jelangkung datang.  Peralatan yang saya bawa terasa lebih berat dan pensil menunjuk ke kertas”. Cerita  Welly kepada infomistik, Minggu 20/01/2013.

“setelah Jelangkung datang saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada Jelangkung dan dia (Jelangkung-red) bisa menjawab dengan menggerakan pensil untuk menulis di kertas yang sudah tersedia”. Tambah Welly. Ditanya tentang pertanyaan apa yang diajukan waktu itu, Welly menjawab “ya namanya juga kita masih anak-anak, yang kami tanyakan ya seputar siapa namanya, umur berapa, kapan matinya, mati dimana dan matinya karena apa. Yang datang waktu itu namanya “off-the record” yang meninggal karena dibunuh oleh perampok”.  Cerita Welly.

Cerita tentang pertanyaan yang diajukan kepada Jelangkung memang beragam, mulai dari sekedar tanya identitas diri, tapi ada juga yang bertanya tentang nomor judi yang bakal keluar.  Lalu apa sebenarnya Jelangkung itu?.

Mitos tentang Jelangkung kuat dugaan berasal dari sebuah kepercayaan bangsa China terhadap adanya kekuatan roh Poyang dan Moyang (bandingkan dengan sebutan: Nenek Moyang) yaitu 'Cay Lan Kung' dan 'Cay Lan Tse'. Sementara Untuk persoalan kepercayaan serupa itu, di Jawa dikenal istilah Ni Towong. Hal ini bisa dipandang sama disebabkan oleh kisah mitos dan kepercayaan yang menyelimuti keduanya tidak ada perbedaan.

'Cay Lan Kung' atau yang kita kenal sekarang dengan nama Jelangkung, di tempat asalanya (China) adalah sebuah ritual memanggil roh Poyang dan Moyang yang dipercaya berperan sebagai pelindung anak-anak. Roh Poyang dan Moyang itu dipanggil agar masuk ke sebuah boneka kayu yang tangannya dapat digerakkan. Pada ujung tangan boneka tersebut diikatkan sebuah alat tulis. Boneka kayu itu juga dihiasi dengan pakaian manusia, dikalungi kunci dan dihadapkan ke sebuah papan tulis. Apabila pada saat si boneka tersebut menjadi berat, yang menurut mereka menjadi pertanda bahwa boneka itu telah dirasuki roh, dan bergerak mengangguk sebagai pertanda setuju setelah ditanyakan siap tidaknya untuk ditanyai, jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang diajukan akan dituliskan oleh si roh yang merasuki boneka tersebut pada papan tulis yang disediakan.

Dengan latar belakang kepercayaan yang sama, di Jawa, ritual Ni Towoh adalah ritual pemanggilan roh serupa ritual Cay Lan Kung tadi. Sementara media yang digunakan untuk menampung roh yang dipanggilnya adalah lewat gayung-sibur penyauk air yang diiringi dengan nyalaan perapian. Sementara itu, kita mengenal bahwa pada jaman dulu gayung-sibur itu terbuat dari tempurung kelapa yang digagangi kayu. Dan itulah sebabnya kenapa pada perkembangan mitos Cay Lan Kung di Indonesia sekarang lebih dikenal dengan ritual pemanggilan roh lewat boneka berkepala tempurung kelapa yang didandani pakaian.

Terima kasih terlah membaca Cerita dan Fakta Permainan Jelangkung.ini dan semoga dapat menghibur anda.

Cerita Mengusir Hantu Pocong dengan Sapu Lidi

Cerita tentang hantu memang mengasyikkan. Terlepas percaya atau tidanya tentang adanya hantu, namun banyak orang mengaku telah pernah melihat hantu. Cerita Mengusir Hantu Pocong dengan Sapu Lidi ini diangkat dari sebuah peristiwa yang dialami oleh Deny dan Istrinya.  Peristiwa ini terjadi sekitar 15 tahun lalu di sebuah desa kecil di di daerah Kanigoro, wilayah kabupaten Blitar, Jawa Timur, tempat Deny dan istrinya tinggal. Berikut ini adalah Cerita Mengusir Hantu Pocong dengan Sapu Lidi, cerita kiriman dari Deny di Blitar.

Sebelumya perkenalkan nama saya Deny.  Saat ini saya berusia 45 tahun.  Saya dan istri saya tinggal di daerah Kanogoro, Blitar, Jawa Timur.  Kali ini saya akan berbagi cerita tentang pengalaman bertemu hantu pocong.  Kalau cerita bertemu hantu, sebenarnya saya termasuk orang yang tidak jarang bertemu dengan berbagai jenis hantu. Cerita saya bertemu hantu pocong ini adalah kisah nyata yang terjadi pada 15 tahun yang lalu.  Kejadiannya pada waktu malam sekitar jam 10 malam di depan rumah saya.



Kampung kami memang waktu itu masih sangat sepi, masih banyak kebun dan pohon-pohon  besar dan tinggi.  Jumlah rumah juga masih sedikit dan terpencar-pencar, jalanan gelap di waktu malam karena belum ada penerangan jalan, berbagai macam hantu seperti pocong, gondoruwo, wewe gombel dan lain sebagainya juga sering menampakkan diri. Tidak seperti sekarang, kampung kami sudah ramai, rumah penduduk juga sudah banyak, pohon-pohon besar juga tinggal beberapa batang saja, jalanan sudah terang benderang sehingga para hantu itu juga jarang bahkan sudah lama tidak menampakkan diri, mungkin gerah atau malu barangkali.

Waktu itu saya sedang duduk di teras sambil ngobrol cerita sana-sini dengan istri saya serta mas Giman, tetangga rumah. Waktu itu saya dan mas Giman adalah penduduk baru di kampung itu. Saat lagi asik-asiknya ngobrol, mas Giman yang duduknya menghadap ke arah kebun yang rimbun dengan pepohonan besar terllihat gagap sambil menunjuk ke arah kebun itu, “ono opo mas”, tanyaku kepada mas Giman “ppppp” jawab mas Giman tidak jelas, lalu saya dan istri saya menengok ke arah yang ditunjuk mas Giman, ternyata ada hantu pocong di bawah pohon trembesi besar di kebun itu. “ooo, ono pocong to, yo wis ben to, wis biasa nang kono iku mas, ora usah kaget ”, kata istri saya yang juga melihat hantu pocong itu.  Akhirnya kami ajak mas Giman masuk ke ruang tamu dan kami tenangkan.

Sekitar limabelas menit beselang dari saat masuk ruang tamu, saya dengar di luar ada teriakan-teriakan, ada yang berteriak “toloooong-tolooooong”, ada yang berteriak “pocooong-pocooong”, dan ada yang berteriak “kursiiii-kursiiiii”, lalu saya dan istri saya keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi, Astaghfirullah, ternyata beberapa ibu-ibu yang pulang dari pengajian ketakutan melihat hantu pocong tadi yang kini ada di pinggir jalan yang mereka lalui.  Dengan cepat istri saya mengambil sapu lidi di halaman rumah kemudian dia menghampiri hantu pocong itu sambil dan memukul hantu pocong itu dengan sapu lidi sambil berteriak “rono, miriho, rono, rono (sana, menyingkirlah, sana, sana -red)“, lalu hantu pocong itupun pergi menghilang.

Setelah hanttu pocong itu menghilang, kami ajak ibu-ibu itu masuk rumah untuk kemi beri minum aga ternang.  Setelah tenang, saya bertanya kepada mereka “tadi ada yang teriak kursi kursi tadi siapa bu?”, tanya saya. “Kulo mas Deni, maksude kulo ajeng maos ayat kursi tapi mboten saget kewoco, sing medal malah kursi kursi mawon (saya mas Deny, maksudnya saya mau baca ayat kursi buat ngusir hantu pocong itu, tapi gak bisa kebaca, yang keluar malah kursi kusri saja)”, Jawab Bu Lastri, karuan saja kami yang di situ jadi tertawa dibuatnya.

Ya, mungkin sama dengan saya, istri saya juga tidak pernah merasa takut dengan penampakan hantu.  Dia pernah cerita kepada saya bahwa sejak kecil dia sudah terbiasa melihat hantu. Saya sendiri juga begitu.  Bagi saya, hantu juga makhluk Tuhan, sama seperti saya, dan sampai saat ini saya belum pernah mendengar ada orang meninggal karena digigit hantu.  Jadi menurut saya tidak ada alasan untuk takut kepada hantu, buktinya, jika kita berani seperti yang sudah dilakukan oleh istri saya, ternyata hantu yang takut kepada kita.

Demikianlah Cerita Mengusir Hantu Pocong dengan Sapu Lidi dari saya, semoga dapat menghibur anda. Lain waktu saya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menulis cerita lagi buat para pembaca cerita mistik tercinta.  Salam dari saya, Deny.

Cerita Siang Bolong Bertemu Hantu Berpayung Hitam di Simpang Dago

Jika pergi ke Kota Bandung, pasti tidak lengkap apabila tidak berkunjung ke Jalan Dago. Di jalan ini banyak Factory Outlet dan tempat kuliner yang enak; bahkan kalau malam minggu, Jalan Dago dijadikan tempat nongkrong bagi kalangan anak muda. Selain sebagai tempat wisata,di  kawasan Dago ini banyak  memiliki cerita seram dan mitos yang beredar di kalangan masyarakat.  Berikut adalah Cerita dari Lia, gadis muda Mahasiswi Universitas Padjajaran yang berjudul Cerita Siang Bolong Bertemu Hantu Berpayung Hitam di Simpang Dago.

“Sewaktu aku masih kecil, ibuku sering bilang bahwa mahluk halus tidak hanya keluar atau menampakan diri pada malam hari saja, bisa juga keluar siang hari. Aku tidak percaya karena mungkin hanya alasan ibuku agar aku tidak main di luar rumah di siang hari saat waktu tidur siang. Tapi sekarang saat aku jauh dari Ibuku, ucapan ibuku itu terbukti saat aku mengalami perisiwa aneh.  Aku kost di Sukajadi, dan kuliah di UNPAD Jatinangor. Peristiwa yang kualami ini berawal dari perjalanan pulang dari kampus menuju tempatkost ku” tutur Lia mengawali ceritanya.



“Pas hari Jum’at siang, sepulang kuliah aku berniat pulang. Aku menunggu angkot Cicaheum Ciroyom tepat di depan kampus UNPAD Dipatiukur. Karena hari Jum'at, angkot yang beroperasi sangatlah sedikit. Dengan penuh kesabaran aku menunggu angkot yang lewat  meskipun di bawah terik matahari sangat menyengat siang itu . Sekitar setengah jam aku menunggu, akhirnya datang juga sebuah angkot yang berpenumpang 3 orang tanpa kernet. Karena kosong, aku mendapatkan tempat duduk tepat dibelakan pak supir, sehingga pandanganku langsung menghadap pintu masuk angkot.”

“Mungkin karena baru mendapatkan empat penumpang, sang supir menjalankan angkotnya perlahan. Dalam perjalanan sebelum lampu merah Dago, aku melihat seorang perempuan berdiri di sisi jalan, mencoba mencegat angkot yang kutumpangi. Karena angkot berjalan lambat aku sempat memperhatikan perempuan itu. Perempuan itu mengenakan rok terusan berwarna hitam dengan bunga-bunga warna kuning, rambut ikal terurai melewati bahu, dengan membawa payung hitam. Aku tertawa sendiri melihat penampilan wanita itu, siang hari bolong panas begini memakai pakaian yang di dominasi warna hitam”.

“Aku merasa heran, angkot yang kutumpangi ternyata tidak berhenti tepat di mana perempuan itu berdiri menghentikan angkot ini. Sang supir malah memberhentikan tiga meter melewati  perempuan itu, tepat di depan tiga orang laki-laki yang juga menghentikan angkotku. ‘Ah mungkin milih penumpang yang banyak kali’ pikirku. Tapi aneh juga rasanya, hanya tiga meter dari angkot, perempuan itu tidak bergeming sedikitpun mendekati angkot yang kutumpangi.  Aku hanya berguman ‘sombong sekali perempuan itu, nggak mau capek dikit.’ Akhirnya angkot pun pergi meninggalkan perempuan itu.”

Setelah melewati Simpang Dago, dekat jalan Sumur Bandung angkot berhenti lagi karena ada penumpang seorang ibu dan anak kecil. Tak jauh dari tempat ibu dan anak kecil itu berdiri, ternyata berdiri seorang perempuan, dan ‘ ya ampun, perempuan itu kan perempuan yang tadi’ pikirku heran. Aku bisa pastikan bahwa perempuan itu adalah perempuan yang kulihat sebelum lampu merah Dago, Baju, Rambut dan Payung yang dia bawa sama persis."

“Aku mencoba untuk meyakinkan pandanganku dengan membuka mata dengan lebar –lebar, ‘masa sih, perempuan yang tadi?. Ah ini hanya kebetulan saja’ pikirku.  ‘ Tapi bagaimana bisa, sama muka, sama pakaian yang dia pakai?’.  Dalam angkot timbul pertanyaan-pertanyaan aneh yang menyelinap dalam benakku. Akhirnya aku menyimpulkan mungkin hanya halusinasi saja, karena udara panas dan aku sendiri sudah lelah. Akhirnya angkot yang kutumpangi kembali meneruskan perjalanan. Dan seperti pertama kulihat, perempuan itu hanya berdiri saja tidak bergeming sedikitpun untuk berusaha untuk menaiki angkot yang kutumpangi”.

“Tepat di di pertigaan Jalan Siliwangi, di belokan ke ITB tidak jauh dari tempat angkot Cicaheum-Ledeng ngetem, teriakan ‘Kiriii..!!!!!’ dari salah satu penumpang membuyarkan pikiranku, saat itu juga aku memberikan jalan kepada penumpang yang akan turun. Seperti biasanya aku selalu melihat ke arah luar angkot. Tapi 'ya ampun’ disisi jalan dekat pagar kawat berduri, tepat di depan pintu menghadap langsung ke arahku, berdiri seorang perempuan , dan perempuan itu adalah perempuan yang kulihat tadi, baju, rambut dan payung sama persis, karena berhadap-hadapan kurang lebih 4 meter, aku melihat jelas wajah perempuan itu dengan jelas. Perempuan muda itu bermata sipit, hidungnya bulat, tidak mancung, mukanya pucat pasi, dan dia tersenyum menatap kearahku. Beberapa detik aku terkesima tak bergerak dan bulu kuduku merinding disertai keringat dingin yang mulai mengucur. Beberapa detik setelah itu terasa olehku ada tangan yang menepuk-nepuk bahuku, rupanya ibu yang duduk disebelahku . ‘kenapa Neng ? Kelihatanya nggak enak badan'ya ?‘ tanya ibu itu. Aku terdiam sesaat ‘ehhh, nggak Bu, perempuan itu’  jawabku sambil menunjuk kearah perempuan itu.Tapi, wanita itu menghilang “. Cerita Lia.

Demikian Cerita Siang Bolong Bertemu Hantu Berpayung Hitam di Simpang Dago ini dikutip dari infomistik.  Semoga dapat menghibur anda.

Cerita dan Fakta Hantu Balai Kota Kediri

Cerita tentang hantu, makhluk halus dan lain-lain yang terkait dengan mistik memang tak pernah ada habisnya dan selalu menarik untuk disimak dan diceritakan. Kali ini akan menyajikan pengalaman seseorang yang bertemu dengan hantu di Balai Kota Kediri. Keangkeran Balai Kota itu memang dapat dirasakan hampir di semua sudutnya, terutama di lorong depan tempat parkir mobil Walikota, Wakil Walikota, dan Sekretaris Daerah Kota Kediri.   Berikut adalah Cerita dan Fakta Hantu Balai Kota Kediri


Cerita adanya hantu di Balai Kota Kediri yang beredar di masyarakat sekitar ternyata bukanlah isapan jempol semata. Siapa menduga Balai Kota yang terletak di di Jalan Basuki Rachmad, Kelurahan Pocanan, Kecamatan Kota tempat walikota berkantor itu menyimpan kisah angker.



Berikut adalah perbincangan dengan Wawan, 42 th, pria asal kelurahan Kandat Kabupaten Kediri yang menurut cerita beberapa orang baru saja melihat hantu di Balai Kota Kediri.

“malam Minggu kemarin (26/01/2013-red), ya sekitar jam setengah sebelas malam, saya jalan kaki lewat depan Balai Kota menuju Jalan Doho, mau makan nasi pecel.  Pas di depan pintu gerbang saya menoleh ke arah Balai kota karena ada suara anak-anak dari Balai Kota, saya melihat ada perempuan berbaju putih berambut panjang serta tiga anak sedang bermain di halaman Balai Kota, lalu hilang begitu saja.” Cerita Wawan.

“lalu saya bilang ke seorang laki-laki yang juga pas lewat di situ ‘mas, saya tadi lihat ada perempuan dan anak-anak bermain di situ terus hilang, di sini ada hantunya ya?’, orang itu menjawab dengan ringan ‘biasa mas, gak usah takut, mereka hanya sekedar menampakkan diri tapi tidak pernah menakuti apalagi mengganggu’ kata orang itu. Saya terkaget lagi setelah orang yang saya tanya itu juga tiba-tiba hilang dari depan saya. Ternyata yang saya tanya juga hantu” lanjut wawan.

Banyaknya cerita masyarakat yang membenarkan keberadaan hantu di Balai Kota Kediri itu ternyata tidak membuat pemerintah setempat terganggu. Hantu-hantu tersebut dibiarkan saja. Kasubbag Pemberitaan Humas Pemkot Kediri Afif Permana, sebagaimana diberitakan detiksurabaya.com  membenarkan adanya pembiaran keberadaan hantu di balai kota. Diakuinya, meski sering kali muncul hantu-hantu tersebut belum menunjukkan gangguan.

Menurut Afif, adanya penampakan hantu di tempat kerjanya itu kemungkinan tak lepas dari usia balai kota yang sudah cukup tua, yaitu didirikan pada kisaran tahun 1960 dimana sebelumnya adalah Kantor Staf Kolonial Belanda yang bertugas di Karesidenan Kediri.

Catur, salah satu personel Satpol PP Kota Kediri,  menceritakan bahwa lokasi-lokasi yang diyakini angker, diantaranya eks ruangan Bagian Humas dan Protokol yang saat ini menjadi Kantor Satpol PP, bagian timur balai kota dan lantai dua ruangan Bagian Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). "Yang paling ngeri di ruangan Satpol PP dan lantai dua Bapeda. Tapi bentuknya bagaimana saya tidak bisa jelaskan, karena saya sendiri belum pernah menemuinya. Teman-teman yang jaga sering menemui dan menceritakannya," jelas Catur.

Di ruang eks ruangan Bagian Humas dan Protokol, hantu yang terlihat dalam bentuk anak-anak, yang acap kali menampakkan diri dan mengganggu. Salah satu bentuknya adalah mengacak-acak susunan berkas, yang setiap kali jam kerja berakhir ditata rapi.

Keangkeran Balai Kota Kediri bukan hanya dirasakan di dalam gedung tetapi  juga dirasakan dan dijumpai di luar. Salah satunya pohon beringin tua yang ada di lokasi parkir pegawai. Konon pohon tersebut adalah rumah tempat hantu wanita tinggal. Hingga tak ada yang berani menebangnya.

Demikian Cerita dan Fakta Hantu Balai Kota Kediri. Semoga dapat menghibur anda


Cerita Keranda Mayat Berjalan Sendiri di Koridor Rumah Sakit

Cerita Keranda Mayat Berjalan Sendiri di Koridor Rumah Sakt  ini diangkat dari pengalaman sebuah pengalaman yang dialami Suseno, tujuh belas tahun yang lalu. Waktu itu, Suseno sedang menjaga kawannya yang sedang drawat di sebuah Rumah Sakit Umum di Malang. Saat tengah malam, karena kelelahan dan tidak bisa tidur, Ia duduk di pinggir koridor rumah sakit sambil menyelonjorkan kaki. Saat itulah ia melihat ada keranda mayat yang berjalan sediri di koridor itu.  Berikut adalah cerita Keranda Mayat BerjalanSendiri di Koridor Rumah Sakit itu.

Waktu itu, aku sedang menjaga kawanku yang dirawat di rumah sakit karena sakit  sakit tipes.  Pas tengah malam aku tidak bisa tidur, aku keluar kamar dan ke koridor utama Rumah Sakit Umum itu untuk menghirup udara segar. Karena tengah malam, suasana koridor sangat sepi, hanya beberapa orang yang terlihat duduk-duduk di samping koridor.  Lalu aku juga duduk di samping koridor utama itu.

Sambil duduk aku membaca buku cerita ko ping ho yang sengaja aku bawa untuk menemaniku dikala aku sendiri.  Sesekali aku menoleh kiri kanan untuk sekedar melihat suasana, lalu meneruskan membaca cerita.  Karena di koridor utama,  sesekali aku melihat para perawat maupun dokter melintasi di depanku.
Satu jilid buku cerita kopingho telah kubaca habis. Beberapa saat kemudian, rasa kantuk mulai menghingapiku. Kulihat  jam tangan butut merk SEIKO kesayanganku menunjukkan waktu sudah pukul 02.15 dinihari.  Mataku sudah perih, sudah tak uat melanjutkan untuk membaca sambungan cerita ko ping ho pada jilid berikutnya.  Berkali-kali sudah aku menguap.  Ingin rasanya aku merebahkan badan ini, tapi tak mungkin aku lakukan di koridor itu.

Karena kelelahan duduk menekuk kaki, tak sengaja aku menyelonjorkan kaki.  Aku tak menyadari kalau kakiku akan menghalangi atau paling tidak mengganggu orang yang melintasi. Tiba-tiba aku melihat ada keranda mayat berjalan ke arahku. Aku  tak memperdulikannya karena hal itu biasa terjadi di rumah sakit.  Keranda mayat itupun melintasi di depanku. Aku cuek saja.

Setelah beberapa saat baru aku menyadari ada sesuatu yang aneh. “Mestinya kakiku yang terselonjor akan menghalangi jalannya keranda itu, dan orang yang mendorong keranda pasti menegurku”, kataku dalam hati.  “Tapi kenapa keranda itu berjalan tanpa terganggu atau terhalangi kakiku ?”, tanyaku pada dirku sendiri. Ya. Aku ingat, keranda mayat itu melintasi didepanku dan melindas kakiku tapi aku tidak merasakan terlindas apa-apa, dan keranda mayat itu berjalan sendiri tanpa ada orang yang mendorongnya. Mulai muncul rasa takutku, aku sedkit merinding sampai berdiri bulu kudukku.

Lalu aku bediri dan berjalan mendekati dua orang yang juga duduk di pinggir koridor yang tak jauh diriku, lalu aku bertanya kepada mereka “maaf pak, barusan melihat ada keranda mayat yang lewat di sini kan?”. “Gak ada mas, dari tadi yang lewat di sini cuma ada beberapa perawat saja, saya lihat dari tadi mas asyik baca buku sendirian di situ, kok tiba-tiba tanya keranda mayat. memangnya ada apa mas?” Orang yang terlihat lebih tua menjawab sambil bertanya kepadaku.

Sejenak aku bingung, “kok mereka tidak melihat ada keranda mayat yang barusan lewat, aneh” kataku dalam hati.  Aku dikagetkan dengan pertanyaan orang yang lebih muda “ada apa mas, kok kelihatannya seperti orang kebingungan?”. Akupun segera menjawab “nggak, nggak apa-apa, bener  bapak tidak melihat keranda mayat tadi?”, tanyaku kembali kepada mereka. “bener mas, saya tdak melihat, memangnya kenapa?”, tanya orang yang lebih tua.

“tadi saya melihat ada keranda mayat lewat di depan saya, kan kaki saya selonjor ke depan, mestinya kan kaki saya menghalangi rodanya, tapi keranda itu melintasi seperti tanpa terhalang apa-apa, dan kaki saya juga tidak merasa terlindas roda keranda itu.  Dan lagi, keranda itu berjalan sendiri, tdak ada orang yang mendorong pak”, kataku menjelaskan.

“waduh, pasti hantu itu”, kata orang yang lebih muda sambil merapat ke orang yang lebih tua. “ya sudahlah, gak usah dipikir mas, namanya juga di rumah sakit. Ada hantu di rumah sakit sudah jadi rahasia umum mas, sudah biasa”, kata orang yang lebih tua. “ah, biasa bagaimana, aku nanti pagi pulang, gak mau nginep di rumah sakit lagi, takut”, kata orang yang lebih muda. “kamu ini kenapa takut, mas ini yang melihat saja tidak takut, kenapa kamu yang tidak melihat malah takut?, ya nggak mas?”, kata orang yang lebih tua. “ya sebenarnya agak merinding juga sih, tapi mau bagaimana lagi?, namanya juga harus menjaga kawan”, jawabku.


Demikianlah Cerita Keranda Mayat Berjalan Sendiri di Kordor Rumah Sakit ini.  Terima kasih telah mengunjungi blog Cerita Mistik, Semoga dapat menghibur anda.

Cerita Mendapat Uang 500 Juta Rupiah dari Makhluk Gaib



Ilustrasi Makhluk Gaib

Waktu itu, sekitar empat tahun yang lalu, aku diajak kawanku yang bernama Wahyu untuk menemui makhluk gaib di daerah Garut yang katanya mau memberi uang 500 juta rupiah kepadanya. Meskipun aku sendiri tidak percaya, tapi aku setuju saja karena akan ada imbalan uang  kalau acara itu berhasil.  Setelah aku setuju, akhirnya hari dan jam keberangkatan ditentukan.  Menurut ceritanya, ia akan meminta uang kepada Makhluk Gaib itu sebesar 5 milyar rupiah.  Berkut ini adalah Cerita MendapatUang 500 juta rupiah dari Makhluk Gaib.

Saat hari dan waktu keberangkatan yang telah ditentukan tiba, aku berangkat menuju ke rumah Wahyu, lalu tepat pukul 14.00, Kami berangkat berdua dengan mengendarai mobil.  Tepat jam 20.00 sampailah kami di kota Garut.  Karena sudah saatnya makan malam, mampir di sebuah warung. Usai makan malam, kami melanjutkan perjalanan.  Sekitar 1 jam perjalanan, tepat jam 22.00 tibalah kami di suatu perkampungan. Mobil yang dikemudikan Wahyu melaju perlahahan memasuki gang-gang yang ada di perkampungan itu.  Akhirnya mobil berhenti di halaman sebuah rumah sederhana, tapi halamannya cukup luas. Kami turun dari kendaraan lalu Wahyu mengetuk pintu rumah itu sambil memberi salam kepada penghuni rumah.
Terdengar jawaban salam dari dalam rumah, lalu seorang laki-laki muda membukakan pintu dan mempersilakan kami masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tak seberapa lama, tiga cangkir kopi panas terhidang di hadapan kami. Lalu seorang lelaki paruh baya menemui kami.  Namanya pak Anwar. Setelah mereka berbincang-bincang, aku tahu bahwa pak Anwar adalah semacam juru kunci yang akan mempertemukan Wahyu dengan makhluk gaib tersebut.

Tepat jam 23.00, pak Anwar bertanya kepada Wahtyu “bagaimana pak, sudah siap?”. “Siap pak”, jawab Wahyu.  Lalu pak Anwar mengajak kami masuk ke ruang tengah, kami semua duduk di lantai beralaskan karpet.  Di ruang tengah tersebut pak Anwar berkata kepada Wahyu. “begini pak, saya di sini hanya mempertemukan bapak dengan makhluk gaib itu, saya akan undang dia.  Masalah keberhasilan bukan di tangan saya ya”. “ya pak”, jawab Wahyu.

Lalu pak Anwar berkata lagi kepada Wahyu “nanti, saya akan masuk kamar dulu untuk mengundang makhluk gaib itu, dan kalau makhluk gaib itu datang, nanti bapak saya panggil untuk masuk dan bicara sendiri ya”. “baik pak”, jawab Wahyu.

“nanti ada lima pertanyaan yang akan diajukan kepada bapak oleh Makhluk gaib itu.  Pertanyaannya adalah siapa nama bapak, lalu  bapak lahir hari apa, siapa nama ibu kandung bapak,  bapak ada perlu apa dan untuk apa. Bapak harus bisa menjawab dengan benar semua pertanyaan itu”. Kata pak Anwar menjelaskan. “siap pak” jawab Wahyu. Aku hanya mendengarkan saja.

Kemudian pak Anwar memasuki kamar yang ada di sebelah ruang tengah itu, lalu pintu kamar ditutup, yang terdengar hanyalah suara pak Anwar yang sedang membaca do’a-do’a memanggil makhluk gaib.  Beberapa saat kemudian terdengar suara keras di atap rumah “dhug dhug dhug”, lalu terdengar suara pak Anwar sedang berdialog dengan seseorang yang bersuara agak bindheng. Setelah itu ada lagi suara dhug dhug di atap rumah, kemudian ada suara seperti mesin hitung uang yang pernah aku dengar di bank.

Kemudian pak Anwar keluar memanggil Wahyu, “mari pak, silakan masuk”.  “Saya takut pak”, kata Wahyu. “bagaimana pak, ini makhluk gaibnya sudah datang, dan uang juga sudah disiapkan”, kata pak Anwar. Lalu Wahyu menunjukku “kalau kamu saja bagaimana?” kata Wahyu kepadaku. “kalau diijinkan ya gak apa-apa”, jawabku.  “ya sudah tidak apa-apa”, kata pak Anwar, lalu aku masuk kamar itu bersama pak Anwar.

Aku duduk di samping pak Anwar.  Aku perhatikan dengan seksama semu keadaan kamar yang gelap itu,  Ada sosok  hitam di depanku sambil mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku.  Semua pertanyaan aku jawab dengan benar, termasuk pertanyaan “kamu mau apa”, aku jawab “aku mau minta uang sebanyak 500 juta rupiah”.  “untuk apa?”, aku jawab “untuk bayar hutang, untuk modal usaha dan untuk bekal hidup serta ibadah”.

Lalu makhluk gaib itu berkata “sekarang saya mau menyerahkan uang itu kepadamu, berdirilah dan kita berjabat tangan untuk serah terima. Lalu aku berdiri dan karena gelap dan aku hanya menyodorkan tanganku saja tapi tanganku disambut dengan jabatan tangan besar berbulu. Lalu terdengar duara “aku serahkan uang 500 juta  kepadamu untuk dimanfaatkan”. “ya aku terima”, jawabku.  Lalu tangan yang menjabatku tiba-tiba hilang dan terdengan suara keras dhug dhug dhug.

“Alhamdulillah”, kata pak Anwar sambil menyalakan lampu. Lalu pak Anwar berkata “uang itu sebenarnya hak pak Seno karena yang akad adalah pak Seno, tapi terserah pak Seno” . “saya serahkan kepada pak Wahyu karena pak Wahyu yang berkepentingan”, jawabku sambil menyerahkan uang 500 juta kepada Wahyu. Wahyu sujud syukur lalu memelukku sambil terisak tak kuasa menahan tangis.   Ia sangat membutuhkan uang itu untuk melunasi hutang-hutangnya.

Setelah dikeluarkan zakat dan sedekahnya dan setelah dipotong keperluan membayar hutang, ada  sia uang 50 juta rupiah. Aku, pak Wahyu, pak Bambang dan pak Anwar masing-masing mendapat 10 juta rupaih, ada sisa uang 10 juta rupiah diserahkan kepada pak Anwar untuk biaya tasyakkuran. Alhamdulillah.

Demikian Cerita Mendapat Uang 500 Juta Rupiah dari Makhluk Gaib.Semoga dapat menghibur anda.

Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong Membeli Bakso

Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong Membeli Bakso adalah cerita mistik yang dialami oleh Edi, penjual bakso.  Edi, seorang penjual bakso keliling di sebuah perumahan di Jakarta Timur.  Cerita ini diangkat dari sebuah peristiwa yang dialaminya saat ia  sedang menjual bakso di perumahan tersebut. Ia bertemu dengan hantu Sundel Bolong yang membeli baksonya.  Peristiwa ini terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Berikut ini adalah Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong Membeli Bakso.

Nama saya Edi, Saya menjalani pekerjaan saya berjualan bakso keliling di komplek perumahan tersebut sudah cukup lama, yaitu sejak 15 tahun yang lalu.  Tapi, sejak saya berjualan di perumahan itu, baru kali itu saya bertemu hantu.  Saya memang berjualan malam hari, berangkat selepas shalat maghrib dan sampai di perumahan itu biasanya pas waktu shalat Isya’.  Biasanya saya pulang dagang sekitar jam 11.30 malam.
Waktu itu, sekitar 3 tahun yang lalu, setibanya saya di komplel perumahan itu, tidak seperti biasanya saya langsung berkeliling komplek tapi saya nongkrong dulu di tempat cucian mobil yang ada di komplek perumahan itu.  Di tempat cucian mobil itu, sampai jam 8 malam, belum juga saya dapat penglaris walaupun cucian mobil sedang ramai.  Akhirnya saya berjalan mendorong gerobak bakso saya untuk  berkeliling menjajakan bakso sambil memukul-mukul kentongan kentongan berharap ada yang membeli bakso saya.

Tidak seperti biasanya pula, saya berjalan di sisi kanan jalan, saya tidak tahu kenapa.  Setalah melewati 4 rumah dari tempat cucian mobil itu, di depan saya ada seorang wanita berambut panjang bergaun putih menghentikan saya, “baksonya dong bang, campur ya”, kata wanita itu.  Saya bersyukur, Alhamdulillah, akhirnya dapat juga penglaris malam ini, kata saya dalam hati.  Tanpa banyak bicara, saya langsung melayani permintaan wanita itu.  Setelah selesai menyiapkan pesanannya, saya sodorkan semangkok bakso kepada wanita itu, “ini mbak”, kata saya, dan wanita itu menerimanya.

Sambil menunggu ia makan, saya turunkan kursi plastik yang ada di atas gerobak bakso saya agar saya bisa duduk menunggu wanita itu selesai makan baksonya. Baru saja kursi plastik saya taruh di atas tanah dan saya belum sempat duduk, wanita itu sudah menyodorkan mangkok kosong kepada saya sambil berkata “lagi dong bang, lapar nih”.  Tanpa banyak tanya, saya layani saja permintaan wanita itu. Setalah selesai menyiapkan permintaannya, saya sodorkan semangkok bakso kepada wanita itu, “ini mbak”, kata saya dan wanita itupun menerimanya.

Lalu saya duduk lagi.  Baru saja saya duduk, wanita itu sudah mengembalikan mangkok kosong kepada saya sambil berkata “tambah satu lagi ya bang, benar-benar lapar nih”. “ya mbak, tenang saja kalau sama saya mah”, jawab saya sambil menyiapkan permintaannya.  Setelah selesai, saya sodorkan lagi semangkok bakso kepada wanita itu.  Setelah diterimanya, saya duduk lagi. Dan baru saja saya duduk, wanita itu sudah menyodorkan mangkok kosongnya  “makasih ya bang, ini uangnya, kembaliannya buat abang saja ya”, katanya sambil memberikan selembar uang kertas duapuluh ribuan. “ya mbak, makasih juga”, kata saya sambil memasukkan uang ke saku.

Saat itu saya baru sadar bahwa ada yang aneh, lalu saya perhatikan wanita itu ternyata berjalan memasuki kebun yang ada di pinggir jalan dan masuk ke rerimbunan, dan saya melihat punggungnya berlubang dan berdarah. “Waduh, Hantu Sundel Bolong”, kata saya dalam hati.  Tanpa banyak pikir, saya angkat kursi plastik dan saya taruh kembali di atas gerobak dan bergegas pergi dari tempat itu.

Saya menyeberang agar tidak di sisi kebun, pas sampai pertigaan, saya belok kiri menuju masjid.  Sampai di masjid saya langsung duduk di tangga serambi sambil menenangkan diri. Saya masih teringat bayangan hantu Sundel Bolong itu. Terus terang, hati saya deg-degan, seumur-umur baru kali ini saya bertemu hantu.

Tidak berapa lama saya duduk, tiba-tiba ada banyak orang memasuki halaman masjid, kira-kira ada kalau 100 orang. Lalu mereka memasuki masjid dan shalat berjama’ah.  Rupanya mereka adalah rombongan wisata majlis ta’lim, ada dua bis di jalan depan masjid.

Usai mereka shalat berjama’ah, mereka seperti berebut  membeli bakso saya, saya sampai kerepotan.  Dan baru kali ini saya diserbu pembeli.  Tapi dengan sabar saya layani mereka satu persatu, sampai habis dagangan saya, sementara masih banyak yang belum kebagian.

Saat menerima pembayaran, saya juga kerepotan menerima uang dan memberikan uang kembalian, tapi  mereka malah tidak mau dikasih uang kembalian.  Ada yang bayar 10 ribu, ada yang 20 ribu.  Lalu merekapun kembali ke bus mereka.

Setelah bus mereka berangkat, sayapun mendorong gerobak untuk pulang, tapi tidak lewat jalan yang tadi saat saya ketemu hantu sundel bolong.  Sambil berjalan saya bersyukur “Alhamdulillah, terima kasih ya Allah”, kata saya dalam hati sepanjang perjalanan.
Saya sampai di rumah pas pukul 10 malam.  Setelah saya hitung, malam itu saya medapat uang 2.5 juta rupiah. Alhamdulillah.


Demikianlah Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong MembeliBakso ini, semoga dapat menghibur anda,
 
Support :