Untuk kita yang tinggal di Indonesia yang masih kental dengan klenik, permainan jelangkung bukan sesuatu yang asing terdengar di telinga kita. Kali ini saya akan menyajikan sebuah kisah yang berjudul Cerita Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung. Cerita ini diangkat dari pengalaman seseorang yang bernama Sigit tentang pengalaman pertama kali bermain mengundang Jelangkung bersama kawan-kawannya semasa ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Solo. Jelangkung yang datang atas undangannya adalah ruh seorang anak yang berusia 8 tahun, hingga akhirnya Pak Sigit dan kawan-kawanya harus melakukan berbagai upaya untuk membantu Ibu Jelangkung. Berikut adalah Cerita Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung.
Waktu itu, sebenarnya saya tidak begitu percaya dengan cerita mengenai Jelangkung, tapi karena sedang libur, teman-teman satu kos mengajak untuk bermain mengundang jelangkung, dan karena semua teman setuju, maka saya juga setuju untuk bermain Jelangkung.
Kami berbagi tugas untuk mengumpulkan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk permainan Jelangkung ini. Karena dilaksanakan secara bersama-sama, maka dalam waktu kurang dari satu jam semua perlengkapan telah siap.
Karena semua peralatan sudah siap, maka mantera pemanggilan jelangkung kami baca secara bersama-sama, dan setelah tiga kali kami baca mantera tersebut maka datanglah Jelangkung itu. Begitu Jelangkung datang, seorang kawan bernama Joni yang bertugas menanyai Jelangkung mulai melaksanakan tugasnya. Jelangkung akan menjawab dengan menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur tulis yang telah tersedia.
Joni: “Siapa namanu?”,
Jelangkung: “Sudarno”.
Joni: “Berapa tahun Umurmu?”
Jelangkung: “8 tahun”.
Joni: “Kenapa kamu mati ?”
Jelangkung: “kecelakaan”.
Joni: “Siapa nama ibumu?”
Jelangkung: “Sumarni”.
Joni: “Kamu minta apa?”
Jelangkung: “Tolonglah ibu saya”.
Joni: “Ibumu dimana?”.
Jelangkung: “(menulis nama tempat lokalisasi di Solo)”.
Joni: “Bagaimana cara membantunya?”
Jelangkung: “beri uang 60 ribu”.
Joni: “kami tidak punya uang sebanyak itu”.
Jelangkung: “(menulis 4 huruf kode Judi Porkas)”.
Lalu Jelangkung tiba-tiba pergi. Kami semua terbengong, kami kumpulkan semua uang yang ada untuk membeli kupon judi Porkas. Lalu pada hari pengundian kupon, kami membeli kupon Porkas dengan kode yang kami dapatkan. Kami harap-harap cemas menanti pengumuman pemenang judi Porkas, dan ternyata TIDAK KELUAR alias kalah. Kami panik karena uang kami habis.
Selang tiga hari, kami panggil lagi Jelangkung, dan yang datang kembali kebetulan adalah Sudarno lagi. Kami protes karena kode tidak keluar, lalu sudarno menjawab dengan tulisan ‘JANGAN SERAKAH”.
Dengan jawaban tu kami paham bahwa kami hanya boleh beli kupon untuk mendapatkan uang sebesar Rp. 60.000,-, tidak boleh lebih. Lalu kami minta kode Porkas lagi ke Jelangkung dan jelangkung memberi kode lagi. Setelah member kode, Jelangkung pergi.
Pada hari pengundian, kami membeli kupon Porkas dengan kode yang telah kami dapatkan, dan ternyata kode keluar sehingga kami mendapatkan uang sebesar Rp. 60.000. Setelah kami dapatkan uang tersebut, kami mencari Sumarni, ibu si Jelangkung di lokalisasi yang telah disebut. Dan benar, setelah bertanya ke sana kemari ternyata si Sumarni benar ada di situ, namun tidak bisa langsung bertemu dengan Sumarni karena sedang keluar.
Setelah sekitar 4 minggu, kami baru bisa bertemu dengan Sumarni, dan dia membenarkan bahwa ia memiliki anak bernama Sudarno yang telah mennggal 3 tahun sebelumnya dan ia membenarkan bahwa ia memang membutuhkan uang sebesar Rp. 60.000 untuk modal dagang telur Asin.
Kami menyerahkan uang Rp. 60.000 kepada Sumarni sesuai pesan Sudarno si Jelangkung, dan Sumarni pun kini sudah menjadi pedagang dan telah keluar dari lembah hitam.
Terima kasih telah membaca Cerita tentang Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung ini, semoga dapat menghibur anda.
Waktu itu, sebenarnya saya tidak begitu percaya dengan cerita mengenai Jelangkung, tapi karena sedang libur, teman-teman satu kos mengajak untuk bermain mengundang jelangkung, dan karena semua teman setuju, maka saya juga setuju untuk bermain Jelangkung.
Kami berbagi tugas untuk mengumpulkan semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk permainan Jelangkung ini. Karena dilaksanakan secara bersama-sama, maka dalam waktu kurang dari satu jam semua perlengkapan telah siap.
Karena semua peralatan sudah siap, maka mantera pemanggilan jelangkung kami baca secara bersama-sama, dan setelah tiga kali kami baca mantera tersebut maka datanglah Jelangkung itu. Begitu Jelangkung datang, seorang kawan bernama Joni yang bertugas menanyai Jelangkung mulai melaksanakan tugasnya. Jelangkung akan menjawab dengan menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur tulis yang telah tersedia.
Joni: “Siapa namanu?”,
Jelangkung: “Sudarno”.
Joni: “Berapa tahun Umurmu?”
Jelangkung: “8 tahun”.
Joni: “Kenapa kamu mati ?”
Jelangkung: “kecelakaan”.
Joni: “Siapa nama ibumu?”
Jelangkung: “Sumarni”.
Joni: “Kamu minta apa?”
Jelangkung: “Tolonglah ibu saya”.
Joni: “Ibumu dimana?”.
Jelangkung: “(menulis nama tempat lokalisasi di Solo)”.
Joni: “Bagaimana cara membantunya?”
Jelangkung: “beri uang 60 ribu”.
Joni: “kami tidak punya uang sebanyak itu”.
Jelangkung: “(menulis 4 huruf kode Judi Porkas)”.
Lalu Jelangkung tiba-tiba pergi. Kami semua terbengong, kami kumpulkan semua uang yang ada untuk membeli kupon judi Porkas. Lalu pada hari pengundian kupon, kami membeli kupon Porkas dengan kode yang kami dapatkan. Kami harap-harap cemas menanti pengumuman pemenang judi Porkas, dan ternyata TIDAK KELUAR alias kalah. Kami panik karena uang kami habis.
Selang tiga hari, kami panggil lagi Jelangkung, dan yang datang kembali kebetulan adalah Sudarno lagi. Kami protes karena kode tidak keluar, lalu sudarno menjawab dengan tulisan ‘JANGAN SERAKAH”.
Dengan jawaban tu kami paham bahwa kami hanya boleh beli kupon untuk mendapatkan uang sebesar Rp. 60.000,-, tidak boleh lebih. Lalu kami minta kode Porkas lagi ke Jelangkung dan jelangkung memberi kode lagi. Setelah member kode, Jelangkung pergi.
Pada hari pengundian, kami membeli kupon Porkas dengan kode yang telah kami dapatkan, dan ternyata kode keluar sehingga kami mendapatkan uang sebesar Rp. 60.000. Setelah kami dapatkan uang tersebut, kami mencari Sumarni, ibu si Jelangkung di lokalisasi yang telah disebut. Dan benar, setelah bertanya ke sana kemari ternyata si Sumarni benar ada di situ, namun tidak bisa langsung bertemu dengan Sumarni karena sedang keluar.
Setelah sekitar 4 minggu, kami baru bisa bertemu dengan Sumarni, dan dia membenarkan bahwa ia memiliki anak bernama Sudarno yang telah mennggal 3 tahun sebelumnya dan ia membenarkan bahwa ia memang membutuhkan uang sebesar Rp. 60.000 untuk modal dagang telur Asin.
Kami menyerahkan uang Rp. 60.000 kepada Sumarni sesuai pesan Sudarno si Jelangkung, dan Sumarni pun kini sudah menjadi pedagang dan telah keluar dari lembah hitam.
Terima kasih telah membaca Cerita tentang Mahasiswa yang Menolong Ibu Jelangkung ini, semoga dapat menghibur anda.