Tampilkan postingan dengan label Abdi Supiyana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Abdi Supiyana. Tampilkan semua postingan

DIHAMILI GENDERUWO

Penulis : ABDI SUPIYANA


Kisah video uji nyali ini dialami sepasang kekasih di daerah Garut, Jawa Barat. Gara-gara berhubungan intim di bawah pohon beringin yang angker, sang pacar mendadak hamil besar. Janin genderuwo ada di dalam kandungannya...!

Sudah satu tahun lebih, aku menjalin cinta dengan Rangga. Sejujurnya, meski jalinan cinta kami dari hari ke hari kian akrab dan mesra, tapi kami masih bisa menjaga diri. Tidak tergoda untuk melakukan hubungan seks di luar batas. Hanya sebatas peluk dan cium biasa yang sopan.

Kami memutuskan, biarlah "yang satu" itu sebagai kado spesial nanti jika kami sudah menikah. Ya, begitu aku dan Rangga pernah bersepakat. Namun pada suatu hari kesepakatan yang selalu kami jaga itu akhirnya jebol juga.

Kami bukan hanya tergoda hingga berani melakukan hubungan seks seperti layaknya suami isteri, tapi juga telah membuatku hamil besar mendadak yang amat aneh dan mengerikan.

Kejadian aneh itu berawal ketika hari itu Rangga sengaja datang ke tempat kerjaku. Maksudnya selain untuk menjemputku pulang, juga mengajakku makan malam di Saung Paniisan, sebuah restoran dengan suasana alam pegunungan yang terletak di daerah selatan Kabupaten Garut.

Jarak dari pusat kota ke restoran itu kurang lebih 12 Km. Jalan aspal menuju ke restoran itu tidak begitu ramai tapi syarat dengan panorama alam pegunungan yang hijau oleh hamparan kebun teh.

"Hari ini aku dapat bonus lumayan dari kantor. Aku mau ngajak kamu makan malam di restoran itu!" Ucap Rangga, tersenyum.

Laki-laki berusia 28 tahun yang bekerja di sebuah Bank Swasta itu lalu menuntunku masuk ke dalam mobilnya.

"Oke, makasih banget! Tapi awas kalau pulangnya sampai kemalaman!" pelototku, bercanda.

Rangga hanya tersenyum mendengar candaku itu. Di mobil dalam perjalanan kami yang romantis itu kemudian terganggu oleh cuaca alam yang tidak bersahabat. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun begitu deras. Jalan aspal yang kami lalui tampak pekat oleh guyuran air hujan bercampur kabut.

"Sebaiknya kita berhenti saja dulu, Ga!" perintahku, khawatir. Hujan memang turun semakin deras.

"Iya, tapi kita berhenti dimana? Di sekitar sini jauh dari rumah pendududk. Sisi kiri kanan jalan hanyalah hamparan kebun teh!" Komentar Rangga seperti bingung.

Tapi tak lama kemudian Rangga menghentikan mobilnya di bawah sebuah pohon beringin besar yang tumbuh menjulang di sisi kiri jalan. Meski tampak samar oleh guyuran hujan berbaur kabut, tapi aku masih bisa melihat bahwa pohon beringin itu berada di samping gundukan tanah mirip kuburan. Di sekeliling gundukan tanah itu tumbuh beberapa jenis tanaman liar.

"Untung saja ada pohon beringin besar ini. Lumayanlah, berhenti di bawah pohon beringin ini. Mobil agak terlindung dari guyuran hujan!" Ucap Rangga lega setelah mematikan mesin mobilnya.

"Tapi aku merasa tak nyaman kita berhenti disini, Ga. Kesannya di sini angker," ucapku meringis dengan bulu kuduk yang tiba-tiba meremang.

Sementara mataku memperhatikan guyuran hujan dan angin yang menyapu daun dan ranting-ranting pohon raksasa itu, entah mengapa tiba-tiba saja aku melihat ranting dan dahan-dahan pohon beringin itu seperti memancarkan suatu kekuatan aneh yang membuatku bergidik takut.

"Kamu tak perlu takut, Rin! Ketakutanmu mungkin karena pengaruh cuaca buruk di sekitar sini. Sebentar lagi juga hujan reda. Santai saja!" Ucap Rangga enteng sambil menggeser duduknya lebih dekat padaku.

"Aku siap jadi pelindungmu, Sayang! Jangankan manusia, hantu atau genderuwo yang berani mengganggumu akan aku labrak," celoteh Rangga tertawa sambil mengelus-elus pipiku.

Aneh, ucapan Rangga itu seperti langsung dijawab oleh suatu kekuatan yang membuat hujan mendadak turun semakin deras. Angin pun tiba-tiba bergemuruh kencang seperti hendak meruntuhkan pohon beringin itu.

Bersamaan dengan itulah, samar-samar kulihat sesosok bayangan hitam meloncat dari ketinggian pohon itu dan turun tepat di depan mobil kami. Satu detik kemudian bayangan itu berubah wujud menjadi seekor kera raksasa yang menyeringai seram.

Tapi detik berikutnya makhluk aneh itu tiba-tiba menghilang seperti di telan guyuran hujan. Anehnya, Rangga yang duduk di sampingku seperti tak melihat apa-apa. Malah bersamaan dengan menghilangnya makhluk itu, Rangga kemudian menghujani wajahku dengan ciuman dan kecupan liar, bahkan di bibir dan leherku.

Sesaat ketakutan itu hilang. Aku merasakan kenikmatan yang menjalar di leher dan bibirku. Tapi diam-diam aku merasa heran melihat perubahan pada diri kekasihku itu. Tidak biasanya Rangga bersikap kasar dan liar dalam bermesraan. Dan yang lebih mengherankan, sorot matanya tiba-tiba terkesan aneh. Sorot mata yang menyala menahan gairah!

"Ga, sudahlah! Aku takut...tadi aku melihat...." Aku memohonnya, Tapi ucapanku itu terputus karena Rangga kembali mengulum bibirku. Begitu buas, namun hangat menjalar di seluruh tubuhku.

Rangga seperti sengaja tak memberiku kesempatan mengelak dan berkata. Bahkan pelukan, ciuman dan rabaannya lebih nakal dan berani. Ingin rasanya aku meronta dan memprotes ulah nakal laki-laki yang sangat kucintai itu.

Tapi, aku sungguh tergoda oleh cumbuan yang gila itu. Tang kulakukan malah membalas dan melayani setiap gerak permainan cintanya. Kami pun kemudian hanyut dalam permainan cinta yang panas gairah. Suara guyuran hujan dan angin makin membuat kami lupa diri.

Akhirnya, dijok mobil belakang kami lalu menuntaskan hasrat seks itu dengan tubuh setengah telanjang dan posisi setengah rebah! Ketika hujan mulai reda kami masih terkapar kelelahan merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami lewati. Ya, kesepakatan kami untuk tidak melakukan hubungan seks di luar nikah itu akhirnya jebol juga.

Karena hari sudah mulai Maghrib, kami membatalkan rencana makan malam di restoran Saung Paniisan. Kami lalu memutuskan untuk pulang.

Besoknya, keanehan itu terjadi. Ketika menggeliat bangun dari tidur aku merasakan sesuatu membebani perutku. Dan betapa terkejutnya aku manakala kulihat perutku tiba-tiba menggelembung besar seperti hamil 9 bulan.

Sesaat aku merasakan seperti tengah bermimpin. Tapi ketika dengan gemetar tanganku merasakan rabaan dan elusan di perutku, aku jadi sadar bahwa aku tidak bermimpi.

"Tidak...tidak...tidaaak...!?" Tak sadar aku menjerit-jerit saking takut daan terkejutnya.

Sekujur tubuhku mendadak terasa lemas, kepalaku terasa pening dan tatapanku berkunang-kunang. Bersamaan dengan itu samar-samar kulihat ayah dan ibuku berhamburan masuk ke kamarku.

"Ada apa, Rini? Ada apa?" Tanya ayah dan ibuku serempak dengan wajah panik dan heran.

Namun sebelum aku bisa menceritakan apa yang telah terjadi pada perutku, tatapan mataku tiba-tiba mengelam gelap dan akhirnya aku tak sadarkan diri.

Ketika sadar aku sudah berada di sebuah kamar berbilik bambu. Di manakah aku? Pikirku menerawang heran sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi pada diriku. Ketika aku mencoba bangkit dari terbaring, tiba-tiba aku merasakan lagi sesuatu membebani perutku. Reflek tanganku ini meraba-raba perutku. Dan betapa terkejutnya aku manakala tahu bahwa perutku masih menggelembung besar. Aku pun kembali menjerit-jerit saking takut dan terkejutnya. Aneh, heran, bingung, kesal dan takut mendadak bersatu padu dalam dadaku.

Tak lama kemudian ayah dan ibuku masuk ke kamar, disusul seorang laki-laki tua berpakaian garmis putih, dan di belakang laki-laki tua itu muncul sosok yang amat kukenal, Rangga. Agaknya, orang tuaku telah menghubungi Rangga dan menceritakan kejadian aneh yang telah menimpa diriku. Wajah kekasihku itu tampak pucat dan gelisah.

"Syukurlah kamu sekarang sudah sadar, Rini! Kamu pingsan cukup lama, hampir dua puluh empat jam lebih!" Ucap ibuku sambil menghampiri dan duduk di bibir tempat tidur.

"Kami merasa heran dan panik melihat perutmu yang tiba-tiba membesar seperti itu. Kami lalu memanggil dokter untuk memeriksa perutmu itu. Dokter mengatakan bahwa perutmu sehat-sehat saja, tak ada kelainan atau pembengkakan di dalamnya.

Tapi yang membuat kami terkejut heran, dokter itu lalu mengatakan bahwa kamu tengah hamil besar!" Jelas ayahku dengan dahi berkerut dan berkali-kali menggelengkan kepala seperti tak habis pikir.

"Apa, aku tengah hamil? Ah, tidak mungkin! Orang hamil itu harus melalui proses satu atau dua bulan dan seterusnya. Mana ada orang hamil mendadak besar seperti ini?" Tak sadar aku bersungut-sungut saking heran dan tak percaya mendengar penjelasan ayahku itu.

"Tenanglah, Rini! Itulah sebabnya kami membawamu ke Tasikmalaya ini untuk konsultasi dan sekaligus minta pendapat dari Ajengan Sukma. Kami khawatir kamu kena teluh atau diganggu makhluk halus atau roh jahat!" Jelas ibuku seraya menoleh pada laki-laki tua berpakaian garmis yang berdiri di samping ayahku.

"Neng Rini memang tengah hamil besar. Tapi kehamilan Neng Rini ini tak wajar, karena pengaruh jahat genderuwo. Makhluk halus jenis ini memang pada kesempatan tertentu bisa berbuat jahat, terlebih pada orang yang bicara sombong dan berani melakukan perbuatan tak senonoh di tempat angker di mana makhluk itu berada," jelas Ajengan Sukma sambil menoleh ke arah Rangga.

"Apa Nak Rangga ini kekasihnya Neng Rini?" tanyanya dengan suara bijak, sambil menatap Rangga.

"Iy...iya...saya kekasihnya Rini. Bahkan bulan depan saya akan tunangan. Memangnya kenapa, Ajengan?" Jawab Rangga terkejut menerima pertanyaan yang tiba-tiba dari Ajengan Sukma itu.

Ajengan Sukma menarik nafas panjang. Mengulum senyum. Lalu, "Maaf, menurut peneropongan mata batin saya, Nak Rangga dan Neng Rini pernah melakukan hubungan intim di tempat angker. Kalian tahu, sewaktu kalian melakukan hubungan itulah makhluk halus itu datang dan menyusup ke dalam jiwa Nak Rangga dan ikut merasakan kenikmatan hubungan yang dirasakan Nak Rangga. Sekali lagi maaf kalau terawangan batin saya ini salah!"

Kontan ayah dan ibuku saling tatap mendengarnya. Ada ketidaksukaan di wajah mereka mendengar bahwa aku dan Rangga telah berbuat sejauh itu. Sementara aku dan Rangga tertunduk mendengarnya.

Penjelasan Ajengan Sukma itu bukan hanya membuat kami malu dan makin membuatku ketakutan, tetapi juga telah menghantar ingatanku pada kejadian-kejadian aneh sewaktu aku dan Rangga hendak pergi ke restoran Saung Paniisan itu.

Bukankah ketika itu mobil kami berhenti di bawah pohon beringin besar yang terkesan angker? Ketika itu juga aku sempat melihat sesosok makhluk aneh mirip kera raksasa, dan merasakan keganjilan pada diri Rangga saat berhubungan seks denganku?

Diam-diam aku membenarkan penjelasan Ajengan Sukma yang panjang lebar itu.

"Lalu apa yang harus kami lakukan, Ajengan? Apapun syaratnya, saya akan siap! Yang penting perut kekasih saya ini bisa kempis seperti sedia kala," ucap Rangga seolah tak sabar. Wajah tampannya bersemu merah karena menahan malu.

Ajengan Sukma tidak menjawab. Laki-laki berusia 62 tahun itu lalu mengambil suatu bungkusan dari atas lemari di pojok kamar.

"Taburkan serbuk panyinglar ini di tempat kalian berhubungan intim waktu itu. Tapi sebelumnya, kalian harus melakoni beberapa syarat. Pertama, kalian harus bertobat dengan melakukan shalat sunnah taubatan nasuha. Lalu berpuasa selama tiga hari berturut-turut dan setiap malamnya kalian harus mewiridkan sholawat sebanyak 333 kali. Insya Allah purut Neng Rini akan mengempis seperti semula!" Jelas Ajengan Sukma panjang lebar.

Begitulah, usai melaksanakan syarat yang disebutkan itu, aku dan Rangga lalu pergi ke tempat di mana pohon beringin besar itu berada, dan kami melakukan hubungan badan di dalam mobil yang terparkir di bawahnya. Sambil membaca shalawat kami lalu menaburkan apa yang disebut Ajengan Sukma sebagai serbuk penyinglar, yang bentuknya mirip tepung putih itu di tanah sekeliling pohon beringin.

Setekah serbuk gaib itu kami taburkan, suatu keajaiban pun berlangsung. Bersamaan denga selesainya kami menaburkan serbuk itu, tiba-tiba dari ranting-ranting bagian atas pohon beringin itu mengepul asap hitam yang kemudian membentuk suatu gulungan besar.

Sesaat gulungan asap hitam itu bergerak-gerak ke sana ke mari, namun kemudian membungbung ke angkasa dan akhirnya menghilang di telan mega. Aneh, bersamaan dengan menghilangnya gulungan asap hitam itu, tiba-tiba perutku yang masih menggelembung besar itu mengempis seperti sedia kala.

"Alhamdulillah...! " Ucapku dan Rangga sambil berpelukan dalam suasana haru dan bahagia.

Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kebahagiaan kami saat itu, selain memanjatkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT. Hari itu juga aku dan Rangga sepakat untuk menemui orang tuaku dan meminta maaf pada mereka, sekaligus memohon restu mereka karena kami akan menikah bulan depan.

CINTA ARWAH GADIS KORBAN TABRAK LARI

Penulis : ABDI SUPIYANA


Gara-gara menolong mengevakuasi mayat gadis korban tabrak lari, Rusdi mengalami kejadian video uji nyali yang sangat aneh. Arwah gadis itu datang padanya dan mengaku telah jatuh cinta. Tak hanya itu, si gadis juga mengajaknya bercumbu....

Ketika baru beberapa hari diberhentikan kerja dari sebuah pabrik tekstil di kota Bandung, Rusdi mencoba menjalani profesi baru sebagai sopir angkutan kota. Sedikit pun dia tak menyangka kalau profesi barunya ini bakal mengantarkannya pada sebuah pengalaman yang benar-benar aneh tapi nyata. Kepada Penulis, Rusdi menuturkan kisah video uji nyali romatisnya yang meremangkan bulu kuduk itu...:
Pengalaman aneh yang dilakoni oleh Rusdi itu berawal ketika pada suatu hari, ia menggunakan mobil angkotnya itu untuk mengangkut mayat seorang gadis korban tabrak lari. Memang, ketika itu tak ada sopir angkot atau mobil lainnya yang mau bermurah hati mengantarkan mayat si gadis ke rumah sakit terdekat. Sementara, setelah lama menunggu mobil ambulan dan petugas berwajib belum juga datang untuk mengevakuasi korban tabrak lari itu.
Menurut kesaksian beberapa warga di sekitar lokasi kejadian, gadis itu ditabrak saat menyeberang jalan oleh sebuah mobil Toyota Kijang warna hitam, yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Gadis itu menyeberang tanpa menoleh kiri kanan! Dia seperti melamun!" komentar seorang warga sambil menggelengkan kepala.
"Sayang sekali, kami tak sempat mencatat plat nomor polisi mobil itu!" tambah warga yang lain setengah menggerutu.
Dari warga itu pula Rusdi tahu bahwa korban tidak bisa diketahui identitasnya, karena tak membawa KTP atau kartu pengenal lainnya. Warga di sekitar lokasi kejadian pun tak ada yang mengenali wajah gadis korban tabrak lari itu. Mungkin, dia bukan berasal dari daerah yang dekat dengan lokasi kejadian.
Kondisi mayat gadis itu sungguh mengenaskan. Selain tubuhnya penuh dengan luka gores dan memar, beberapa bagian sendi-sendi tulangnya pun tampak menyembul dan bengkak-bengkak. Dan yang paling mengenaskan lagi, darah tak henti-hentinya menetes dari bagian belakang kepalanya yang retak.
Sungguh menyedihkan sekali keadaan gadis ini. Rusdi sempat melihat wajahnya yang cukup cantik dengan hiasan tahi lalat di atas bibirnya.
"Sayang sekali, kalau saja tahu nama dan alamatnya pasti kuantarkan mayat gadis ini pada keluarganya," batin Rusdi seraya menghidupkan mesin mobil angkotnya.
Meski demikian, karena ambulance yang ditunggu tak kunjung datang, sementara tak ada seorang pun pemilik kendaraan roda empat yang mau mengevakuasi mayat gadis itu, maka Rusdi akhirnya mengambil inisiatif dengan dorongan rasa kemanusiaannya. Ia bersedia mengantar mayat gadis itu ke rumah sakit, meski pasti takkan ada seorang pun yang mau membayarnya. Tak lama kemudian, mobil angkotnya meluncur menuju rumah sakit terdekat.
Namun yang sangat aneh, sejak mobil angkotnya dipakai mengangkut mayat gadis korban tabrak lari itulah Rusdi sering mendapat borongan penumpang ke luar kota. Bahkan di saat sopir lain kesulitan mencari penumpang, mobil angkot yang dikemudikan Rusdi malah selalu ramai dipenuhi penumpang.
Entahlah, mobil angkotnya itu seperti tiba-tiba punya daya tarik gaib yang mampu menyedot perhatian dan minat penumpang.
"Sopir-sopir lain setornya pada nunggak. Tapi sudah seminggu ini setoranmu selalu full ! Rupanya kamu berbakat juga jadi sopir, Rus!" komentar Pak Barkah sambil tersenyum, ketika suatu sore Rusdi menyetor uang pada majikannya yang punya lima angkot itu.
"Alhamdulillah, minggu ini rejeki saya lagi bagus, Pak!" Rusdi pun tersenyum bahagia.
"Biasanya, kalau mobil angkutan dipakai mengangkut mayat korban kecelakaan, maka mobil angkutan itu bakal sial dan sepi penumpang. Begitu menurut kepercayaan yang beredar di kalangan sopir. Tapi ini malah sebaliknya, jangan-jangan arwah gadis korban tabrak lari itu mencintaimu, Rus?" tambah Pak Barkah dengan nada berkelekar.
"Ah, Pak Barkah ini ada-ada saja! Di zaman modern ini mana ada arwah yang jatuh cinta pada manusia?" tukas Rusdi.
Tapi, diam-diam hati Rusdi sebenarnya sempat bergetar juga mendengar canda Pak Barkah barusan. Tanpa seorang tahu, sejak mengantarkan mayat gadis itu, Rusdi sebenarnya merasa sering dibayangi oleh sosok gadis itu yang selalu tersenyum padanya.
Karena hari sudah lewat Maghrib, Rusdi lalu beranjak dari duduknya dan pamit pulang kepada Pak Barkah. Namun, sepulang dari rumah majikannya itu Rusdi tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan jalan-jalan dulu ke pasar malam. Ia sengaja menyempatkan diri nonton show dangdut di panggung hiburan. Sekitar jam sebelas malam Rusdi baru memutuskan untuk pulang ke rumah kontrakannya.
Ketika tiba di rumah kontrakannya, Rusdi merasa heran melihat lampu-lampu listrik di rumah itu tampak sudah terang benderang. Padahal, ketika pagi buta tadi ia pergi untuk memulai aktivitasnya sebagai sopir angkot, ia sudah memastikan semua lampu di dalam rumah mungil itu telah dimatikannya. Lalu, siapa yang telah menyalakan lampu-lampu itu? Apa mungkin ada yang masuk ke dalam rumah? Ya, misalnya si pemilik rumah yang berbaik hati karena melihat Rusdi belum pulang? Bujangan ini merasa heran. Sambil geleng-geleng kepala ia merogoh kunci pintu rumah dari saku celananya.
Begitu melihat keadaan di dalam rumah, lagi-lagi Rusdi merasa heran. Bagaimana tidak heran kalau ia melihat kamar tidurnya sudah dalam keadaan rapi dan bersih. Padahal sewaktu ditinggalkan kamarnya itu dalam keadaan berantakan. Maklum, ia tak pernah sempat merapikan tempat tidur. Biasanya, selepas mandi dan sholat Subuh, ia langsung minggat untuk mencari nafkah.
Yang lebih mengherankan lagi, kain seprai dan sarung bantal tempat tidurnya tampak sudah bersih dan rapi seperti baru saja diseterika. Aroma melati tercium dari arah kamar tidur itu.
Sesaat Rusdi hanya bisa bercenung heran menyaksikan keanehan yang tampak di depan matanya itu. Lebih-lebih di rumah kontrakannya itu ia tinggal sendirian. Lantas, siapa yang telah merapikan tempat tidurnya? Mungkinkah ibu pemilik rumah kontrakannya yang sekali ini ingin berbaik hati padanya? Sekali lagi Rusdi geleng-geleng kepala dan tak menemukan jawab atas pertanyaannya.
Namun yang jelas, tak terlihat tanda-tanda adanya orang masuk ke rumah. Bukankah setiap kali hendak keluar rumah Rusdi selalu mengunci pintu dan jendela kamarnya? Maklum, rumah kecil yang baru satu bulan dikontraknya itu letaknya agak terpencil dari rumah penduduk lainya.
Diam-diam, Rusdi memiliki prasangka lain: "Jangan-jangan semua ini ulah bangsa siluman atau makhluk halus?" Bersamaan dengan munculnya pikiran ini bulu kuduk Rusdi tiba-tiba berdiri meremang.
Anehnya, bersamaan dengan itu pula lamat-lamat Rusdi mendengar suara kecipak dan guyuran air dari arah kamar mandi. Dengan heran dan penasaran Rusdi lalu memberanikan diri melangkah menuju kamar mandi. Letak kamar mandi itu memang menyatu dengan dapur dan hanya dibatasi dinding penyekat yang terbuat dari bilik bambu.
Semakin dekat ke kamar mandi semakin jelas suara kecipat dan guyuran airnya. Seperti suara orang yang tengah mandi? Pikir Rusdi sambil melangkah mengendap mendekati bilik kamar mandi itu.
Ia lalu mencari celah lubang bilik bambu itu. Dan betapa terkejutnya Rusdi manakala dari celah-celah bilik bambu itu, ia bisa melihat seorang gadis tengah asyik mandi. Gadis itu mandi dengan posisi berdiri agak menyamping. Sebentar mata Rusdi menjilati lekuk-lekuk tubuh telanjang si gadis. Tapi sebentar kemudian degup dadanya tiba-tiba mengencang, bulu kuduknya meremang dan lututnya bergetar manakala melihat wajah gadis yang tengah mandi itu.
Sunguh sulit di percaya! Wajah gadis dengan hiasan tahi lalat di atas bibirnya itu mengingatkan Rusdi pada wajah gadis korban tabrak lari yang beberapa hari lalu mayatnya ia bahwa ke rumah sakit.
"Ja...jad...jadi...dia...dia...han...hantuuu...!?" tak sadar Rusdi berteriak saking takut dan terkejutnya.
Tanpa pikir lagi Rusdi lalu melompat berlari ke luar dari rumah. Tapi aneh, langkah kakinya seperti digerakkan oleh suatu kekuatan yang menyeretnya malah masuk ke kamar. Dan di dalam kamar Rusdi hanya bisa ternganga, matanya membelalak ketakutan melihat gadis itu tahu-tahu sudah duduk di sisi tempat tidurnya.
"Kamu tak perlu takut melihatku. Aku datang dengan maksud baik!" ucap gadis itu pelan dengan nada memohon. "Aku sendiri yang telah menyalakan lampu-lampu di rumah ini dan merapikan kamar tidurmu," tambahnya dengan suara lembut.
"Tap...tap...tapi bukankah kamu sudah meninggal?" tanya Rusdi dengan suara gemetar karena ketakutan.
"Yang meninggal itu hanya jasadku. Tetapi arwahku tidak!" tukas gadis itu seperti ingin meyakinkan. Lalu, dia bercerita dengan suara yang terdengar sangat perih:
"Bagiku, lebih baik mati jadi korban tabrak lari, daripada harus hidup menyusui tiga sosok tuyul peliharaan orang tuaku! Kamu tahu? Sudah dua tahun lebih orang tuaku mendapatkan harta dengan cara tidak halal, menyuruh tuyul-tuyul itu mencuri uang dari rumah tetangga. Gilanya, ibuku malah bersedia menjadi ibu asuh tiga sosok tuyul itu. Setiap malam Selasa dan Jum'at dia bersedia menyusui makhluk itu. Sampai suatu hari, ibuku ditemui pingsan karena kekurangan darah di tubuhnya. Sejak itulah aku tahu bahwa orang tuaku memelihara tuyul di rumah. Dan sejak itu pula ayahku memaksa agar aku mau menyusui ketiga tuyul itu. Katanya, aku harus rela melakukan ini sampai utang-utang orang tuaku lunas! Namun aku lebih memilih minggat dari rumah, daripada menuruti perintah gila ayahku itu!"
Rusdi hanya terdiam mendengar ceritanya yang aneh dan menyakitkan itu. Pikirannya benar-benar kacau: Aneh, heran, bingung dan takut. Semuanya seakan menyatu di dalam dada laki-laki yang masih hidup membujang ini.
"Sebenarnya, dalam peristiwa tabrak lari itu adalah aku yang salah. Waktu itu, aku memang sengaja membiarkan tubuhku ditabrak mobil! Tapi sudahlah, semuanya sudah terjadi. Yang penting di malam ke tujuh ini aku ingin berterimah kasih padamu," ucap gadis itu sambil merubah posisi duduknya jadi setengah merebah. Kaki kanannya tampak terangkat menginjak tempat tidur, sementara kaki kirinya dibiarkan tetap dilantai.
Karena posisi si gadis yang demikian, cahaya lampu listrik di kamar itu seperti langsung menerobos belahan atas sepasang kakinya. Lekuk-lekuk indah tubuh gadis itu pun tampak jelas karena terbungkus gaun putih yang transparan.
"Kurasa, selama ini ungkapan terimah kasihku belum cukup. Jujur saja, sejak kamu bermurah hati mau mengantarkan jasadku ke rumah sakit, arwahku sudah tertarik padamu! Malam ini aku ingin mewujudkan rasa cinta dan terima kasihku. Kuharap kamu mengerti maksudku. Biar arwahku tenang mengembara di alam nun jauh di sana," desah si gadis itu dengan senyum dan tatap mata menggoda.
Aneh, senyum dan tatapan mata gadis itu seperti mengundang suatu kekuatan yang bukan hanya mampu menumpulkan kesadaran Rusdi, tetapi juga telah membangkitkan gairah birahi laki-laki yang masih bujangan ini. Untuk beberapa waktu lamanya ia tetap coba berdiri di sudut ruangan. Namun, sorot matanya mulai berubah nanar melihat keindahan yang terpampang di hadapannya.
"Ayolah, tak baik terus menerus berdiri di situ!" desah si gadis lagi sambil melambaikan tangan mengajak Rusdi duduk di sampingnya.
Degup di dada Rusdi kian mengencang, gejolak birahinya makin meronta manakala sudah duduk disamping gadis itu. Apalagi dalam waktu sekejap bibir dan tangan si gadis langsung menggerayangi setiap jengkal tubuhnya.
Beberapa detik kemudian, dua tubuh telanjang berlainan jenis dan alam itu telah menyatu dalam lagu dan gerak cinta yang menghanyutkan. Lama mereka saling memacu hasratnya. Hingga akhirnya keduanya sama-sama tergolek lemas bersimbah keringat.
Esoknya ketika pagi menjelang, saat terbangun Rusdi tak melihat lagi gadis itu terbaring indah di sampingnya. Dia telah pergi. Kemana gadis itu pergi? Pikir Rusdi sambil melihat-lihat keadaan seputar kamarnya.
Sesaat Rusdi merasakan dirinya baru terjaga dari sebuah mimpi indah namun terasa asing baginya. Kemudian ingatannya melayang pada kejadian aneh yang dialaminya semalam.
Buru-buru Rusdi memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan tempat tidur. Ketika itulah secara tak sengaja Rusdi melihat ada bercak-bercak darah di kain seprei tempat tidurnya.
Darah perawan gadis itukah? Ya Tuhan, kenapa semua ini bisa terjadi dan menimpaku? Batin Rusdi tak habis pikir. Ia semakin tak mengerti dengan kejadian yang telah dialaminya. Haruskah ia bahagia, atau malah mengutuki ketololan dirinya?
Hari itu Rusdi libur mengemudikan mobil angkotnya. Laki-laki ini memutuskan untuk pulang dulu ke kampung halamannya di Garut. Tiba di Garut Rusdi lalu menemui seorang Ajengan dan menceritakan kejadian aneh yang dialaminya itu, sekaligus minta perlindungan dari gangguan dan godaan bangsa makhluk halus.
Bagaimana pun Rusdi merasa risih jika harus berhubungan intim lagi dengan gadis yang bukan mukhrimnya itu. Apalagi gadis bertahi lalat itu juga tidak hidup sealam dengannya. Gadis itu adalah sosok arwah penasaran akibat proses kematiannya yang tak wajar.
Memang aneh dan terasa musykil sisi kehidupan yang dialami Rusdi. Tapi agaknya begitulah bagian lain dari perpaduan kehidupan nyata dan gaib. Penuh teka-teki dan rahasia yang tak mudah diterjemahkan dengan nalar.
"Alhamdulillah, setelah minta petunjuk dan amalan dari Ajengan, saya tak lagi mengalami kejadian menyeramkan sekaligus menjijikan seperti yang saya alami malam itu," kisah Rusdi kepada Misteri.
Ia mengaku telah melacak kebaradaan gadis itu ke rumah sakit. Sayang, pihak rumah sakit tak bisa memberikan banyak keterangan tentang jatidiri gadis itu, dan siapa yang telah menebus mayatnya.
"Setiap usai sholat, saya selalu mengirimi dia doa. Ya, semoga saja arwahnya bisa mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah," cetus Rusdi, tulus

 
Support :