Tampilkan postingan dengan label Goenawan WE. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Goenawan WE. Tampilkan semua postingan

SUSUK PENGASIH NYAI SINGA BAWUK


Media susuk ini adalah bulu kemaluan seekor harimau. Siapa yang memasangnya, jika dia perempuan, akan menjadi banal dan hot. Berikut sebuah kisah nyata pemasang susuk kramat super langka ini….

Dulu, dia dikenal sebagai perempuan cantik penebar pesona. Namun kini dia hanya bisa berbaring lemas hampir tanpa daya. Teriakan kesaktian setiap malam memecah dari mulutnya yang kering dan kisut. Entah apa yang dirasakannya. Mungkin kesakitan, atau mungkin juga ketakutan.
Kenyataan tragis itu harus dialaminya hanya karena sewaktu muda dia tergofa memburu nafsu dan ego keduniawian. Dia rela diperbudak kekuatan gaib yang berasal dari aura harimau betina yang sedang birahi, yang sukmanya dimasuki setan betina yang harus seks.

Dia terlahir dari pasangan orang tua yang secara kebetulan memiliki kelebihan dalam bidang suprantural. Trista namanya. Sejak masih kecil kehidupannya sangat kental dengan aroma video uji nyali, meski ayahnya yang mendalami ilmu mistik kejawen itu tidak pernah menurunkan ilmu-ilmu miliknya kepada putrinya ini.
Diusia 16 tahun, Tirsta dijodohkan dengan lelaki murid terkasih bapaknya. Sebut saja bernama Pristono. Lelaki yang sudah berusia 30 tahun ini sangat ngemong, sehingga rumah tangga mereka selama 4 tahun berjalan sangat rukun. Sayangnya, mereka tak dikaruniai keturunan. Sampai di usia 34 tahun, usia yang sangat muda, Pristono meninggal karena suatu penyakit yang disebut orang desa dengan istilah “angin duduk”.
Di usia 20 tahun, jadilah Trista hudup menjanda. Statusnya ini sering menimbulkan kondisi yang tidak enak. Daia kerap kali jadi bahan gunjingan di kampungnya. Karena janda muda dan cantik, dia juga sering jadi bahan cemburu buta para ibu di desanya.
Merasa tak tahan dengan keadaan tersebut, akhirnya Trista melangkahkan kakinya untuk merantau ke Sumatera. Dia ikut menumpang di rumah kakaknya.
Di Sumatera Trista bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya. Tanpa bisa dikendalikan, janda muda ini jatuh cinta pada anak majikannya. Sudah dapat dipastikan, pemuda tampan itu tak mungkin sudi menanggapi cinta janda kembang dari desa terpencil di pelosok Jawa ini. Trista sama sekali tidak sepadan dengan dirinya.
Cinta bertepuk sebelah tangan akhirnya membawa Trista berkenalan dengan dunia video uji nyali. Dia menemui Mbah Darto, orang sakti yang juga berasal dari Jawa dan kebetulan adalah saudara seperguruan Bapaknya Trista. Terenyuh oleh nasib yang menimpa Trista, Mbah Darto menyarankan agar janda muda ini memasang susuk bulu kemaluan harimau betina yang sedang birahi, atau dalam istilah wong Jawa disebut Susuk Pengasih Nyai Singo Bawuk. Susuk ini tingkat kesulitannya luar biasa, karena mencarinya harus menunggu saat musim kawin harimau. Saat si raja rimba sedang melangsugkan hasrat birahinya, maka harus dibunuh. Yang betina untuk si pemasang wanita, demikian pula yang jantan untuk pemasang laki-laki.
Menurut pengakuan Nek Trista, untuk pemasangan susuk harimau birahi ini harus diambilkan bulu yang tumbuh (maaf) di kemaluan harimau tersebut, meski hanya satu helai saja. Cara pemasangannya dengan ritual yang rumit. Seteklah bulu kemaluan harimau disiapkan, maka kewanitaan Trista dibasuh dengan darah harimau. Lalu, dengan cara gaib, bulu kemaluan harimau itu dipasangkan di bagian terlarang tersebut.
Hasilnya memang luar biasa. Setelah memasang susuk keramat ini, anak majikan Trista yang tampan itu langsung bertekuk lutut di bawah kakinya.
Singkat cerita, mereka pun menikah. Trista merasa dapat menggapai keinginannya, meski sesungguhnya pernikahan itu terjadi tanpa didasari kasih sejati sebagaimana wajarnya.
Dalam rentang perjalanan waktu, karena pengaruh Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk, akhirnya Trista tak dapat mengendalikan nafsu birahinya. Dia telah dikuasai kekuatan gaib yang bersemayam dalam susuk tersebut. Sejak itu, mulailah badai menerjang bahtera rumah tangganya.
Setelah harta dan kejantanan suaminya habis, Trista meninggalkannya. Dia lari mengejar impiannya untuk memuaskan nafus birahinya, sekaligus mengumpulkan harta duniawi.
Trista memilih kembali ke tanah Jawa. Tapi dia berlabuh di Jakarta. Di kota ini dia semakin menjadi-jadi. Dia terjun ke dunia hitam pelacuran. Hebatnya, setiap laki-laki hidung belang yang berhubungan intim dengan dirinya pasti akan ketagihan, sehingga banyak diantara mereka yang ludes uang atau harta bendanya.
Sebenarnya, Trista bukanlah gadis yang matre. Ini semua karena pengaruh susuk harimau betina tersebut, sehingga dia menjadi liar. Dan keliarannya membutuhkan biaya yang tinggi demi memenuhi selera live stylenya yang telah berubah. Dia bukan lagi gadis kampong yang lugu dan apa adanya. Untuk semua ini, sudah tentu dia membutuhkan uang banyak.
Begitulah! Petualangan Trista baru berhenti ketika dia jatuh ke dalam pelukan seorang duda hiperseks. Jadi klop sudah mereka. Kebetulan juga lelaki bernama Harmoko ini punya kehidupan yang lumayan. Mereka menikah, dan Trista terentaskan dari lembah hitam.
Sayang, pernikahan ketiganya inipun juga tak dikaruniai anak. Di usia 50 tahun, usaha Harmoko bangkrut karena ditipu beberapa rekan bisnisnya. Akhirnya mereka jatuh miskin.
Biaya hidup di Jakarta sangat mahal. Karenanya mereka memutuskan pulang ke kampung halaman Trista di Jawa. Di tempat tinggalnya yang baru, Trista mulai tekun memperdalam ilmu klenik, dan akhirnya membawa dirinya bertemu dengan roh gaib yang bernama Nyai Pilut. Dari bisikan Nyai Pilut inilah, Trista tahu sesuatu masalah yang ditanyakan orang lain. Ya, Trista menjadi dukun prewangan.
Tak lama kemudian, Trista cukup kondang di daerahnya. Banyak orang datang kepadanya. Merasa dendam dengan nasib buruk yang menimpa Hormoko, suaminya, yang ditipu rekan bisnisnya, maka mendorong Trista sering menipu orang yang datang padanya, dengan pembayaran yang cukup mahal. Ada-ada saja alasan yang digunakan untuk mengeruk uang pasiennya.
Karena kelewat komersil, nama Trista akhirnya redup bak ditelan malam. Menurut orang-orang dekatnya, Trista telah ditinggal pergi oleh Nyi Pilut, yang tidak suka Trista telah berubah perangai menipu orang-orang yang meminta pertolongan padanya.
Akhirnya Trista jatuh miskin lagi. Dan yang lebih mengenaskan, Harmoko terkena stroke. Lima tahun sakit akhirnya dia meninggal dunia. Trista sering merenung, sekarang dia sendiri, tak punya siapa-siapa untuk berbagi cerita. Padahal dia benar-benar mencintai suaminya itu.
Usia Trista sekarang telah 75 tahun. Sejak Harmoko meninggal, dia memang sudah tak mau lagi bersentuhan dengan laki-laki, meski itu sangat berat. Ketuaan telah menggerogoti raganya. Dia jatuh terkulai tak berdaya.
Dalam ketidakberdayaan ini setiap malam, nenek Trista kerap berteriak-teriak kesakitan dan kadang-kadang menggeram bak seekor harimau. Oleh adik-adiknya, diusahakan cari syarat piranti gaib. Dari hasil deteksi ahli batin seorang paranormal wanita yang disapa akrab Jeng Rahayu dikatakan; “Ada 9 susuk ditubuh Mbah Trista, yang delapan saya sanggup mencabut, tapi yang satu, yang dipasang di kemaluannya, rasanya perlu waktu untuk mempelajarinya.”
Menurut Ahimsa, salah seorang adik Mbah Trista, ke-8 susuk pengasih berhasil dicabut oleh Jeng Rahayu. Untuk susuk yang satunya sedang mohon petunjuk ke Tuhan. Dua minggu kemudian, Jeng Rahayu bilang, kalau susuk itu bisa dikurangi daya gaibnya dengan Jadem Arab.
Jadem adalah tanaman semacam agave atau disebut lidah buaya, tapi yang tumbuh di gurun Arab. Entah dari mana dapatnya, sejak diberi Jadem Arab itu, teriakan Mbah Trista tak begitu memilukan. Tapi tetap saja menjerit-jerit hampir tiap malam, meski frekuensinya berkurang.
Jeng Rahayu juga bilang pada Ahimsa, Susuk Pengasih Nyai Singa Bawuk hanya dapat dihilangkan dengan darah kucing kembang talon (belang tiga) jantan dan tapelan kulitnya.
Betapa sulitnya mencari kucing kembang talon jantan, sebab kucing jantan jenis ini pasti dibunuh induknya sendiri, atau kucing dewasa lainnya bila diketahui hidup. Konon, bila sampai tumbuh dewasa ia akan menjadi rajanya kucing.
Tapi, puji syukur, Ahimsa, bisa mendapatkan kucing dimaksud meski masih anakan. Kucing mungil yang masih sangat muda itu dipotong, darahnya digunakan untuk membasuh kemaluan Trista, lalu kulitnya yang sudah diseset ditempelkan di tempat terlarang itu.
Ritual tersebut dilakukan sore hari. Menjelang tengah malam, tiba-tiba Mbah Trista menjerit sangat keras dan mengaum panjang seperti harimau. Kata Ahimsa, dari pusarnya keluar cahaya kemerahan, meluncur menembus genteng. Tak lama kemudian, Mbah Trista tertidur pulas.
Satu minggu sejak peristiwa itu, Trista tiap malam tak teriak-teriak lagi dan tak menggeram. Nenek renta itu akhirnya wafat dalam damai setelah susuk Nyi Singo Bawuk terlepas dari raganya.
Bila melihat betapa cermin hidup yang ditayangkan Misteri ini begitu memilukan, masihkan kita akan memburu piranti gaib yang hanya memberi kenikmatan semu sesaat? Setelah itu terkena laknat?
Penulis mengungkap semua ini bukan untuk membuka wacana ajakan untuk mengikuti jalan sesat tersebut. Tapi bijaklah dalam menentukan pilihan hidup.
Kisah nyata ini, dengan segala rasa hormat, penulis tidak bersedia mengungkap jati diri para pelaku peristiwa, baik Trista sekeluarga maupun Jeng Rahayu. Karena ada hubungan persahabatan yang erat diantara kami. Nama-nama pelaku disamarkan.

GARA-GARA ULAH ANAK AMBAR USAHA NYARIS HANCUR

Penulis : GOENAWAN WE


Peristiwa ini dikisahkan oleh Bu Arni, kepada Penulis. Gara-gara ulah anak ambar, usaha cateringnya nyaris bangkrut....

Banyak yang tidak percaya bahwa kelahiran anak yang belum waktunya, orang Jawa lebih suka menamakan trekan atau anak ambar, maka di alam gaib mereka akan tumbuh dan berkembang. Meski lain dunia dengan ayah dan ibunya, menurut kepercayaan, anak ambar ini suatu saat pasti akan meminta sesuatu pada orang tuanya. Kadang ulahnya bikin pusing si orang tua, seperti apa yang dialami Bu Arni.
Tahun 1964, Bu Narni mengandung yang pertama kali dari perkawinannya dengan suami terkasih Bapak Yam. Bayi yang sangat didambakan ini, sayangnya pada usia kandungan 3 bulan, harus keluar ke dunia atau keguguran. Bayi ini dikuburkan di halaman belakang. '
Tahun 1980, rumahnya terkena gusuran proyek PBS, dan dipaksa pindah tempat, termasuk kuburan bayi tersebut dipindahkan di makam leluhurnya. Saat dipindahkan ini, malamnya Bu Narni bermimpi ditemui pemuda ABG yang mengaku sebagai putranya. Wajahnya tampan dan berkulit putih.
“Dia minta dibelikan baju dan celana baru. Tapi waktu itu saya tak tahu siapa dia. Setelah saya tanyakan pada sesepuh kebatinan yang kebetulan masih Eyang saya sendiri, dikatakan kalau pemuda itu anak pertama saya yang keguguran,” cerita Bu Arni.
Sesuai permintaan, pakaian dan celana ditaruh di kuburan si anak ambar yang telah diberi cungkup kecil.
Tahun 90-an, pemuda yang sama menemuinya lagi. Dia menangis dan bersujud di pangkuan Bu Narni.
Dalam pertemuan dua dimensi itu, pemuda itu ternyata di alamnya sana belum dikasih nama. Ia minta diberi nama. Oleh Eyangnya, pemuda di alam lain itu diberna nama Bagus Anggoro. Prosesi pemberian nama ini juga harus dilakukan dengan tradisi bancakan atau pemberian nasi gudangan pada anak-anak kecil sekampung.
Cukup lama juga Bagus Anggoro tak menemui ibunya. Kebetulan Bu Arni punya usaha catering. Menginjak tahun 2004, usaha cateringnya mulai mendapat cobaan. Sepi dan tak laku. Berbagai usaha pembenahan namun tetap saja jebol. Bu Arni selallu merugi.
Akhirnya, Bu Arni meminta petunjuk Eyangnya, Wongso Suyuso. Saat Eyang Wongso melakukan ritual dialog, tampak pemuda yang sudah cukup umur datang menghadap dengan wajah kesal dan marah.
“Kamu itu siapa, kok mengganggu anakku Arni?” tanya Eyang Wongso.
“Eyang ini sama saja, masa lupa sama cucunya sendiri. Aku Bagus Anggoro, anak pertama Bu Arni.” Jawabnya.
“Kalau kamu anaknya, kenapa mengganggu ibumu?” tanya Eyang Wongso.
Bagus Anggoro, pemuda dari dimensi lain yang dilahirkan dari garba Bu Arni ini tertunduk. Dia kesal dan lalu menangis, “Ibu tak sayang padaku. Aku kan sudah banyak membantu, tapi kenapa ibu tak pernah memperhatikanku."
Dari dialog itu, ternyata Bagus Anggoro merasa tak diperhatikan orang tuanya. Makanya dia bikin ulah, rejeki yang mengalir dari usaha catering ibunya itu dikacau. Uang itu diambil dan disembunyikan di alamnya sana.
"Lalu apa yang kamu inginkan?" tanya Eyang Wongso.
"Aku minta dibelikan cincin!"
"Untuk apa?"
"Bagus, kan, sudah besar, ya, untuk tunangan."
"Oh, jadi kamu mau kawin, to?”
“Iya!” ujarnya.
Hasil dialog gaib ini segera disampaikan pada Bu Narni dan segera saja dibelikan cincin kawin sepasang. Pada malam yang telah dihitung (hari baik) cincin itu dikuburkan di nisan Bagus Anggoro.
Malam harinya Bagus Anggoro menemui ibunya lewat mimpi. Ia membawa calon istrinya, wanita yang amat cantik.
Setelah itu Bu Arni terbangun dengan peluh bercucuran. Keesokan paginya, ia langsung datang ke rumah Eyang Wongso Suyono, dan menceritakan apa yang telah terjadi semalam.
Menurut Eyang Wongso, anak ambar di alam sana juga tumbuh seperti manusia. Bahkan juga kawin segala. Mereka membentuk komunitas tersendiri, pisah dengan alam jin dan alam arwah. Peristiwa seperti ini memang sangat sulit diterima akal sehat.
Sejak itu, usaha Bu Arni mulai membaik dan tak lagi ada gangguan yang misterius. Fenomena seperti ini masih sering kali terjadi dilingkungan kita.

GANTUNG JODOH PRING LARANGAN

Penulis : GOENAWAN WE


Di komplek pemamakan keramat Pangeran Panembahan Jogoboyo terdapat rumpun pohon bambu sakti yang salah satunya ampuh untuk gantung jodoh....

Tragedi memilukan ini menimpa seorang pemuda bernama Masyanto. Sejak kelas 3 SMP dia menjalin kisah cinta dengan Sry, gadis ayu penuh pesona keanggunan.

Kisah cinta mereka berlanjut hingga SMA, bahkan hingga ke Perguruan Tinggi. Namun sayangnya hubungan mereka harus kandas di tengah jalan karena perbedaan agama.

Setelah 2 tahun berpisah dengannya, Sry menikah dengan pemuda pilihannya. Sedang Masyanto belum dapat melupakan kenangan indah yang pernah dia rengkuh bersama Sry.

Sejak Sry menikah dengan pemuda lain, hati Masyanto seakan telah mati. Dia telah menutup dirinya untuk cinta. Namun, ketika jiwa Masyanto beku, tiba ada seorang gadis yang menaruh hati padanya. Dia adalah Alin.

Meski Alin amat mencintainya, Masyanto menganggapnya hanya sebagai teman. Tak ada getar-getar cinta sedikitpun di hatinya. Bahkan ketika suatu senja Alin bilang terus terang padanya, kalau dia ingin menjadi pengganti Sry, maka dengan halus Masyanto menolaknya.

Alin sakit hati, dan menganggap Masyanto telah mempermalukannya. Dia merasa terhina. Alin, gadis pesisir yang manis ini terluka begitu dalam menurut pikirannya sendiri. Di saat terpuruk inilah datang setan dengan bujuk rayunya. Dia mulai menghembuskan hasutan dalam hati Alin.

Rupanya hasutan itu berhasil. Alin menceritakan kepedihan hatinya pada sang Ibu yang sangat menyayanginya. Tanpa memberi nasehat yang bijak, si ibu malah langsung ikut-ikutan membenci Masyanto yang dianggap telah melukai putri kesayangannya.

Hingga di suatu kesempatan, sang ibu mengajak Alin pergi ke daerah Yogya. Tepatnya, di sebuah makam tua yang dikenal sebagai makam Pangeran Panembahan Jogoboyo. Makam ini terletak di Dukuh Mbadan Dusun II Karangwuni, Wates, Kulonprogo.

Ternyata dimakam tua ini tanaman magis yang dikenal dengan sebutan Pring Larangan, yaitu sebuah rumpun bambu yang tumbuh di makam Penembahan Jogoboyo. Dikenal keampuhannya untuk pagar rumah dan sering digunakan untuk mencelakakan saingan hidup. Karena hal inilah, maka rumpun bambu ini pernah dimusnahkan oleh jurukunci makam. Namun, tak berapa lama, di sekitar kompleks makam justru tumbuh lagi dengan suburnya.

Kabarnya, hanya dengan mengambil sepotong ranting bambu ini, dan disowankan ke makam Panembahan Jogoboyo, maka bambu itu sudah bertuah untuk menjadi senjata penghancur.

Siapa Panembahan Jogoboyo itu? Tak jelas asal usulnya. Ada yang bilang dia masih trah Majapahit, yang setelah masuk Islam dan dikenal sebagai Kyai Mursid. Dia dianggap sebagai cikal bakal warga Kulonprogo, Yogyakarta.

Semasa perjuangan melawan Belanda, bambu yang tumbuh di makam Panembahan Jogoboyo ini banyak digunakan untuk bambu runcing. Keampuhan bambu runcing dari sini sudah banyak kaum sepuh yang membuktikannya. Salah satunya, konon bisa berubah menjadi seekor naga bila digunakan untuk bertempur.

Setelah revolusi usai, maka bambu ini kemudian sering digunakan untuk tumbal rumah. Sayangnya, tumbal ini hanya berlaku seumur orang tersebut. Selanjutnya bambu ini akan jadi bencana bagi keturunan si pemilik rumah sebab akan mati satu persatu.

Dan yang lebih parah lagi, bambu ini juga dapat digunakan untuk menyingkirkan saingan hidup. Tampaknya Alin dan ibunya datang ke sini untuk keperluan negatif tersebut. Dia dengan fasih mampu mengelabui juru kunci makam dengan pura-pura bambu itu akan digunakan untuk kebaikan.

Setelah selesai ritual dia mohon diri. Dan sesampainya di rumah, sang ibu mengambil foto Masyanto yang hampir menghiasi seluruh dinding kamar Alin. Satu foto itu diikat bambu Larangan dan digantungkan di wuwungan rumah. Ibi dan anak itu kemudian berdua berdoa pada setan, agar Masyanto tidak laku kawin dan menderita sakit-sakitan seumur hidupnya.

Masyanto tak menduga sama sekali akan mendapat serangan halus yang pelan-pelan akan mematikannya. Dan itu sudah dimulai sejak awal 1994. Benar, dalam rentang waktu yang panjang itu, hampir tak ada wanita yang mendekati Masyanto. Selalu saja ada hal yang menjauhkan dirinya dengan lawan jenisnya.

Kalau dia naksir, maka wanita itu pergi dengan sendirinya tanpa sebab yang jelas. Kalau dia ogah-ogahan, wanita itu justru mengejar-ngejarnya. Benar-benar tergantung dan tak punya kepastian. Juga hampir setiap tahun, dia selalu didera sakit yang luar biasa yang hampir mematikannya.

Tanpa terasa hampir 10 tahun dia menjadi korban santet gantung jodoh dan gantung hidup. Awal tahun 2004, Masyanto mulai mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Dan baru di bulan ke 3, dia mendapatkan jawaban dari doanya yang panjang.

Tiba-tiba dia diberi tahu seorang teman agar datang ke tempat seorang pewaskita bathin (dia tak mau disebut Paranormal dimaksud).

Setelah berkonsultasi dengan si paranormal, dikatakan bahwa, "Kamu selain dikerjain orang, kamu sendiri yang menutup batinmu. Oleh karena itu setelah aku bersihkan batinmu dari pengaruh luar dan dalam yang negatif itu, kamu harus semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta."

Saat ini Masyanto sedang memulihkan kembali kepercayaan dirinya yang telah runtuh dan hancur luluh. Di usianya yang ke 35, sebagai lelaki tentunya masih ada kesempatan untuk memulai jalan hidup baru. Semoga jalan cerah terbentang. Dan setiap perbuatan hina dan nista seperti yang dilakukan Alin dan ibunya, pasti akan mendapat balasan yang setimpal dariNya.

Menurut Gustarto, sang juru kunci, Proklamator RI Ir Soekarno, Ndoro Jatun (Sri Sultan HB IX), Eyang Purbo, Mbak Tutut, pernah sowan di tempat ini. Bahkan seorang Perwira Tinggi AD yang tak disebutkan namanya, telah memugar pelataran kompleks pemakaman ini.

AKIBAT TUMBAL TANDUK RUSA SULIT MENDAPAT JODOH

Penuis : GOENAWAN WE


Untuk menghindari serangan gaib, sepasang tanduk rusa jantan ditanam sebagai tumbal. Tak disangka, tumbal ini bisa mempersulit perjodohan....

Banyak kolektor awetan binatang memajang rusa jantan di dinding rumahnya. Salah satu maksudnya mungkin agar terkesan estetik dan berwibawa. Tapi tahukan Anda, menurut beberapa ahli tata letak bangunan atau Feng Shui, bila kepala rusa jantan itu di hadapkan ke dalam rumah, maka akan mengakibatkan pemilik rumah akan sering sakit-sakitan, bahkan bisa meninggal dunia.
Mengapa bisa demikian? Dikatakan, sengatan aura tanduk rusa yang tajam itu dianggap "Sar-Chi" atau "panah mematikan." Lalu bagaimana jika tanduk rusa jantan ini digunakan untuk tumbal?
Diketahui, sekitar tahun 70-an, banyak perwira militer yang setelah memasuki masa pensiun, dikaryakan sebagai pamong praja di desa-desa tertentu, sebab kondisi negeri yang masih belum stabil dan aman.
Para eks militer yang rata-rata memiliki ketegasan dan punya wibawa itu dianggap mampu menjadi pengayom masyarakat. Kebetulan juga banyak masyarakat yang merasa tenteram di bawah lindungan mereka.
Begitulah dengan yang terjadi pada Pak Walido. Sebagai anggota TNI AD dia dipercaya menjabat sebagai Kepala Desa (Pak Polo) di sebuah desa yang terletak di wilayah Kabupaten Sragen.
Sebagai mana umumnya desa-desa di Tanah Jawa, bahkan di wilayah kepuluan Nusantara lainnya, sampai sekarang tak dipungkiri kalau hal video uji nyali masih tetap tumbuh dengan suburnya. Apalagi kalau sudah memasuki dimensi wilayah kekuasaan, seperti halnya Kades. banyak orang yang iri ingin merebut dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan ilmu gaib.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pak Walido berinisiatif untuk membuat benteng gaib di lingkungan kantor desa tempatnya bertugas. Maksudnya agar dia terhindar dari segala marabahaya. Sesuai dengan rencananya, waktu itu dia pun mendatangi guru spiritual yang tinggal di lereng Gunung Merapi.
Orang-orang yang hidup di lereng gunung memang dianggap memiliki kemampuan spiritual yang cukup tinggi, karena diyakini bisa berdialog dengan alam. Hal ini tertuang dalam konsep pemahaman hidup Trihista Karana (alam-manusia-Tuhan). Mereka yang dapat berdialog dengan alam, maka dianggap bisa berdialog dengan Tuhannya. Dan salah satu yang dianggap memiliki kemampuan tersebut adalah Mbah Gepeng Wicaksono.
Spiritualis tua inilah yang sejak Pak Walido masih aktif bertugas di dinas kemiliteran selalu menjadi tempat curhat-nya. Bahkan semasa ditugaskan Timor-Timur untuk pertama kali, Pak Walido dibekali sipat kandel berupa Kol Buntet dan Cundrik Singkir. Beberapa kali tubuhnya tersambar peluru, namun hanya lecet saja.
Makanya, setelah Pak Walido menjabat kepala desa, dan merasa kedudukannya banyak yang mengancam, dia pun kembali mendatangi Mbah Gepeng Wicaksono untuk memecahkan masalahnya.
"Memang, Le, semakin tinggi jabatan itu makin banyak cobaan hidup," jelas Mbah Gepeng.
"Lha, sebaiknya Nanda menggunakan cara apa, Mbah. Agar jabatan saya tidak ada yang menjahili. Kalau bersaing secara jantan dan terbuka saya malah suka, Mbah. Tapi ini kan urusannya lain," kata Walido mengutarakan hal yang dirisaukannya.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Mbah Gepeng menyarankan agar di pintu masuk gapura Balai Desa diberi tumbal berupa tanduk rusa jantan.
"Apa fungsi tanduk itu, Mbah?" Tanya Walido, heran.
"Selain melindungi jabatan kamu dari bahaya yang tak diinginkan, juga anak-anakmu akan dilindungi semua keselamatannya oleh khodam yang menghuni tanduk rusa jantan itu," jelas Mbah Gepeng.
Walido tak banyak tanya lagi. Dia pun bersedia mengikuti saran Mbah Gepeng. Akhirnya, saat itu di malam anggoro kasih (Selasa Kliwon), prosesi penanaman tumbal tanduk rusa jantan itu dilakukan. Selain kepala rusa yang ditanam di depan gapura yang sebelumnya dimandikan dengan darah ayam cemani terlebih dahulu, di pojok Balai Desa juga ditanami telur ayam cemani dan telur angsa yang kemlekeren (tak jadi/wurung).
Memang, ritual ini terbukti ampuh. Sejak diadakan penumbalan itu, hampir tak ada gangguan yang berarti sama sekali. Karier Pak Walido mulus dan anak-anaknya yang berjumlah 7 orang semuanya dapat mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan setelah lulus, anak-anak Pak Walido itu langsung dapat pekerjaan sebagai PNS. Sebagai ayah tentu saja Pak Walido merasa bangga. Tiga orang anaknya menjadi PNS dengan posisi yang cukup tinggi, sementara ke 4 anaknya yang lain masih merintis di bangku pendidikan.
Namun, petaka itu akhirnya datang juga setelah Pak Walido wafat. Saat akan meninggal dia tidak berpesan apapun pada putera-puterinya. Bahkan isterinya, Ibu Cempluk Pollena pun tak diberi tahu prihal penanaman tanduk rusa jantan itu.
Pergeseran hidup keluarga almarhum Walido pun mulai berlangsung secara perlahan. Dari kemakmuran sedikit demi sedikit mulai terlihat penurunan drastis. Apalagi setelah Balai Desa diduduki Kepala Desa baru, dan rumah dinas ototmatis dihuni pejabat baru pula.
Waktu terus bergulir. Meski putera ke-4 hingga yang paling bontot sudah lulus perguruan tinggi, namun mereka mulai kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Untuk menemukan pasangan hidup pun banyak mengalami kendala. Padahal wajah mereka di atas rata-rata. Berbagai prosesi ritual dari ruwat hingga ruqiyah, juga datang ketempat-tempat yang dikeramatkan yang katanya memiliki tuah untuk perjodohan pun telah dilakukan. Tapi hasilnya nihil. Ada apa dengan semua ini?
Terlihat jelas keputusasaan menggelayut hitam di wajah mereka. Hingga akhirnya putera ke-4 Pak Walido main ke rumah sahabatnya di Sokaati, yang bernama Dalimen. Secara tak sadar, Hasto Broto menceritakan semua yang terjadi pada keluarganya.
"Begini saja, Has, aku kan punya awrisan tombak pusaka dari leluhurku yang biasa disebut Kyai Cacing Kanil Regol. Coba saja pusaka itu kamu bawa ke rumah," kata Dalimen.
"Terus aku apakan pusaka itu?" Tanya Hasto Broto.
"Menurut leluhurku, pusaka Kyai Cacing Kanil Regol ini memiliki fungsi sebagai antena gaib peristiwa masa lalu dengan yang terjadi sekarang ini. Siapa tahu ada kilas balik peristiwa yang mungkin jawabannya apa yang selama ini kamu cari." Papar Dalimen.
"Lalu bagaimana caranya?" Hasto Broto penasaran.
Akhirnya Dalimen, pemuda desa itu menjelaskan prosesi ritual penggunaan pusaka tersebut, yang konon oleh leluhurnya sering digunakan untuk sarana awal ruwatan.
"Kamu cari air sungai yang bertemu ruasnya (arus). Malam Jum'at taruh di bawah tempat tidurmu. Pusaka ini kamu minyaki dengan minyak Misik Jafaron dan diberi bunga liman. Terus kamu tidur," jelas Dalimen lagi.
Pusaka berupa tombak bernama Kyai Cacing Kanil Regol itu akhirnya dibawa ke rumah Hasto Broto. Singkat cerita, setelah tiba malam Jum'at semua petunjuk dari Dalimen dilaksanakan.
Malam itu Hasto Broto baru bisa tidur setelah jam dua belas malam. Saat tertidur itulah dia didatangi sosok hitam sangat besar dan menakutkan, dan satunya adalah sosok seperti mumi.
Kedua sosok gaib menyeramkan itu menyerang Hasto dan ketiga adiknya. Dalam mimpi itu, Hasto dan adik-adiknya berada di rumah lamanya, yakni di rumah dinas yang dulu pernah ditempati oleh keluarga mereka semasa almarhum ayahnya masih menjabat sebagai Kades.
Saat dikejar kedua makhluk halus itu, mereka berempat masuk gapura Balai Desa. Anehnya, sosok hitam dan mumi itu terpental setiap mau masuk gapura Balai Desa. Mengapa? Sebab secara aneh dari dalam tanah keluar tanduk rusa emas yang memancar dan membentuk garis sinar melingkupi wilayah Balai Desa.
Dua sosok gaib itu akhirnya menyerah kalah, namun tetap menunggu di depan gapura, dengan posisi agak jauh. Setelah peristiwa itu, silih berganti muncul sosok laki-laki muda dan perempuan muda yang datang silih berganti.
Anehnya, sosok itu seperti dikenali Hasto Broto. Ada bekas mantan pacarnya dan mantan pacar adik-adiknya. Namun setiap mau mendekati mereka, terhadang oleh tanduk rusa yang bercahaya keemasan. Mereka ketakutan dan menangis pergi.
Kepergian mereka justru disambut oleh tawa tergelak-gelak dua sosok gaib yang sebelumnya mengejar-ngejar Hasto Broto dan ketiga adiknya. Suara tawanya begitu menakutkan, hingga Hasto pun terjaga dari tidurnya.
Saat Hasto terbangun, belum sempat hilang rasa keheranannya itu, tiba-tiba dia merasakan hawa panas yang mengitari tubuhnya begitu kuat. Sesaat kemudian hawa itu hilang.
Peristiwa itu diceritakan Hasto pada sahabatnya, Dalimen, dari A sampai Z. Dan menurut penjelesan Dalimen yang mengerti sedikit ilmu kebatinan dikatakan, "Dua hantu itulah yang oleh orang-orang kebatinan disebut sengkolo. Sedang sosok laki dan wanita mantan pacar kamu dan adik-adikmu itu tak berani mendekat karena terhalang oleh tumbal."
"Tumbal tanduk rusa itu?" Tanya Hasto, menduga-duga.
"Benar sekali@+! Karena yang memasangnya sudah meninggal dan tumbal itu berkekuatan khodam, maka seakan dia itu ibarat hewan peliharaan yang menjadi liar. Karena tak ada yang merawatnya lagi,. sehingga tak tahu dan tak dapat membedakan siapa musuh dan bukan, keturunan tuannya atau bukan. Sebagai akibatnya perjodohan kalian menjadi berat. Begitu menurut analisaku," papar Dalimen panjang lebar.
"Terus bagaimana cara mengatasinya, Men?" Hasto Broto gusar sekali.
"Kamu harus menggali tanah di mana tanduk rusa itu dulu di tanam oleh almarhum ayahmu," saran Dalinem.
"Kalau sudah hancur jadi tanah bagaimana?"
"Dikira-kira saja, ambil tanah itu buat gelu (bulatan) sebanyak tujuh butiran. Bungkus dengan mori masing-masing tujuah buah. Lalu labuh di laut, biar ternetralisirkan. Mudah-mudahan dengan cara ini kamu dan adik-adikmu segera menemukan jodoh masing-masing," jelas Dalimen lagi.
Atas petunjuk Ibunya, Campluk Pollena, Hasto dan adik-adiknya akhirnya dimana dulu tanduk rusa itu di tanam oleh almarhum ayah mereka. Beruntung sekali, sebab setelah digali ternyata masih ada sisa-sisa tanduk rusa jantan tersebut. Serpihan tulang itu segera dibungkus beserta tanahnya, dan dibuat menjadi tujuh gumpalan, lalu dibungkus dengan kain mori dan segera dibuang ke pantai Parangtritis, Yogyakarta.
Setelah satu tahun sejak peristiwa itu, Hasto akhirnya menikah dengan Linawati, pemilik salon di daerah Ngawi. Tertaari Unggul Pawenang, adiknya, dapat jodoh pemuda asal Kudus yang bekerja di perusahaan ekspor kayu.
Sementara itu, Zain Al Fateh kawin dengan janda ayu yang buka toko kelontong. Yang paling bontot, Wening Wenang Purba Amisesa, saat ini sedang menjalin hubungan serius dengan seorang pengusaha.
Dari cermin peristiwa yang menimpa keluarga ini, seharusnya kita tidak gegabah dalam melakukan sesuatu, apalagi yang berbau gaib, yang tidak kita pahami secara mendetail. Sebab kadang akibat yang tak disadari bisa begitu fatal hingga keanak turunan kita.
Yang paling bijak adalah mempertebal iman pada Sang Pencipta dan berserah diri hanya padaNya. Semoga kisah kecil ini ada hikmah yang bisa dipetik. Amin!

 
Support :