Tampilkan postingan dengan label bakso. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bakso. Tampilkan semua postingan

Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong Membeli Bakso

Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong Membeli Bakso adalah cerita mistik yang dialami oleh Edi, penjual bakso.  Edi, seorang penjual bakso keliling di sebuah perumahan di Jakarta Timur.  Cerita ini diangkat dari sebuah peristiwa yang dialaminya saat ia  sedang menjual bakso di perumahan tersebut. Ia bertemu dengan hantu Sundel Bolong yang membeli baksonya.  Peristiwa ini terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Berikut ini adalah Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong Membeli Bakso.

Nama saya Edi, Saya menjalani pekerjaan saya berjualan bakso keliling di komplek perumahan tersebut sudah cukup lama, yaitu sejak 15 tahun yang lalu.  Tapi, sejak saya berjualan di perumahan itu, baru kali itu saya bertemu hantu.  Saya memang berjualan malam hari, berangkat selepas shalat maghrib dan sampai di perumahan itu biasanya pas waktu shalat Isya’.  Biasanya saya pulang dagang sekitar jam 11.30 malam.
Waktu itu, sekitar 3 tahun yang lalu, setibanya saya di komplel perumahan itu, tidak seperti biasanya saya langsung berkeliling komplek tapi saya nongkrong dulu di tempat cucian mobil yang ada di komplek perumahan itu.  Di tempat cucian mobil itu, sampai jam 8 malam, belum juga saya dapat penglaris walaupun cucian mobil sedang ramai.  Akhirnya saya berjalan mendorong gerobak bakso saya untuk  berkeliling menjajakan bakso sambil memukul-mukul kentongan kentongan berharap ada yang membeli bakso saya.

Tidak seperti biasanya pula, saya berjalan di sisi kanan jalan, saya tidak tahu kenapa.  Setalah melewati 4 rumah dari tempat cucian mobil itu, di depan saya ada seorang wanita berambut panjang bergaun putih menghentikan saya, “baksonya dong bang, campur ya”, kata wanita itu.  Saya bersyukur, Alhamdulillah, akhirnya dapat juga penglaris malam ini, kata saya dalam hati.  Tanpa banyak bicara, saya langsung melayani permintaan wanita itu.  Setelah selesai menyiapkan pesanannya, saya sodorkan semangkok bakso kepada wanita itu, “ini mbak”, kata saya, dan wanita itu menerimanya.

Sambil menunggu ia makan, saya turunkan kursi plastik yang ada di atas gerobak bakso saya agar saya bisa duduk menunggu wanita itu selesai makan baksonya. Baru saja kursi plastik saya taruh di atas tanah dan saya belum sempat duduk, wanita itu sudah menyodorkan mangkok kosong kepada saya sambil berkata “lagi dong bang, lapar nih”.  Tanpa banyak tanya, saya layani saja permintaan wanita itu. Setalah selesai menyiapkan permintaannya, saya sodorkan semangkok bakso kepada wanita itu, “ini mbak”, kata saya dan wanita itupun menerimanya.

Lalu saya duduk lagi.  Baru saja saya duduk, wanita itu sudah mengembalikan mangkok kosong kepada saya sambil berkata “tambah satu lagi ya bang, benar-benar lapar nih”. “ya mbak, tenang saja kalau sama saya mah”, jawab saya sambil menyiapkan permintaannya.  Setelah selesai, saya sodorkan lagi semangkok bakso kepada wanita itu.  Setelah diterimanya, saya duduk lagi. Dan baru saja saya duduk, wanita itu sudah menyodorkan mangkok kosongnya  “makasih ya bang, ini uangnya, kembaliannya buat abang saja ya”, katanya sambil memberikan selembar uang kertas duapuluh ribuan. “ya mbak, makasih juga”, kata saya sambil memasukkan uang ke saku.

Saat itu saya baru sadar bahwa ada yang aneh, lalu saya perhatikan wanita itu ternyata berjalan memasuki kebun yang ada di pinggir jalan dan masuk ke rerimbunan, dan saya melihat punggungnya berlubang dan berdarah. “Waduh, Hantu Sundel Bolong”, kata saya dalam hati.  Tanpa banyak pikir, saya angkat kursi plastik dan saya taruh kembali di atas gerobak dan bergegas pergi dari tempat itu.

Saya menyeberang agar tidak di sisi kebun, pas sampai pertigaan, saya belok kiri menuju masjid.  Sampai di masjid saya langsung duduk di tangga serambi sambil menenangkan diri. Saya masih teringat bayangan hantu Sundel Bolong itu. Terus terang, hati saya deg-degan, seumur-umur baru kali ini saya bertemu hantu.

Tidak berapa lama saya duduk, tiba-tiba ada banyak orang memasuki halaman masjid, kira-kira ada kalau 100 orang. Lalu mereka memasuki masjid dan shalat berjama’ah.  Rupanya mereka adalah rombongan wisata majlis ta’lim, ada dua bis di jalan depan masjid.

Usai mereka shalat berjama’ah, mereka seperti berebut  membeli bakso saya, saya sampai kerepotan.  Dan baru kali ini saya diserbu pembeli.  Tapi dengan sabar saya layani mereka satu persatu, sampai habis dagangan saya, sementara masih banyak yang belum kebagian.

Saat menerima pembayaran, saya juga kerepotan menerima uang dan memberikan uang kembalian, tapi  mereka malah tidak mau dikasih uang kembalian.  Ada yang bayar 10 ribu, ada yang 20 ribu.  Lalu merekapun kembali ke bus mereka.

Setelah bus mereka berangkat, sayapun mendorong gerobak untuk pulang, tapi tidak lewat jalan yang tadi saat saya ketemu hantu sundel bolong.  Sambil berjalan saya bersyukur “Alhamdulillah, terima kasih ya Allah”, kata saya dalam hati sepanjang perjalanan.
Saya sampai di rumah pas pukul 10 malam.  Setelah saya hitung, malam itu saya medapat uang 2.5 juta rupiah. Alhamdulillah.


Demikianlah Cerita Melayani Hantu Sundel Bolong MembeliBakso ini, semoga dapat menghibur anda,

Cerita Hantu Wanita Memesan Bakso



Hantu Wanita Bergaun Putih
Cerita Hantu Wanita Memesan Bakso ini diangkat dari kisah nyata kejadian yang dialami Supeno, salah seorang pedagang bakso keliling di Jakarta Timur.  Cerita Hantu memang cukup mengasyikkan, terlepas dari percaya atau tidak, cerita hantu memang ada di masyarakat. Peristiwa ini terjadi lima tahun yang lalu, pas Malam Jum’at Kliwon saat Supeno sedang berkeliling di sebuah perkampungan menjajakan bakso.  Berikut ini adalah Cerita Hantu Wanita MemesanBakso.

Malam itu, lima tahun yang lalu, tidak seperti biasanya jalanan di perkampungan tempat saya biasa menjajakan bakso terasa sepi. Sampai jam 9 malam baru 10 mangkok bakso yang saya jual.  “sepi banget ya malam ini”, kata saya dalam hati sambil berjalan mendorong gerobak bakso dan memukul-mukul kentongan untuk memberi tanda bahwa tukang bakso sedang jualan bakso.

Tepat di sebuah pertigaan jalan saya sempat bimbang, mau belok ke kiri apa ke kanan. Dua-duanya terlihat sepi.  Akhirnya saya putuskan ambil jalan kanan. Baru melewati dua rumah, ada seorang wanita bergaun putih keluar dari pagar rumah memanggil saya “bang, baksonya satu ya”. “ya bu”, jawab saya dan saya lihat wanita itu kembali masuk pagar. Sayapun langsung menyiapkan satu porsi bakso yang dipesan.
Setelah usai saya menyiapkan satu mangkok bakso pesanan wanita itu, sayapun mengantarnya ke rumah tempat wanita itu. Sampai di depan pagar saya sempat heran “kok pintu pagarnya ditutup ya, diselot lagi, padahal ibu tadi perasaan tidak membuka dan tidak menutup pagar”, kata saya dalam hati. Saya menepis keheranan saya itu, saya buka bagar. Walaupun diselot tapi tidak dikunci. Saya langung masuk menuju pintu.  Pintunya tertutup.

Sesampai di depan pintu, perlahan saya ketok “tok tok tok, permisi, ini baksonya bu”, kata saya kepada wanita tadi yang saya yakini adalah penghuni rumah ini. Tidak ada jawaban dari dalam rumah, saya ketok lagi “tok tok tok, permisi, ini baksonya bu”, kata saya lagi agak keras.  Akhirnya terdengar langkah kaki dari dalam rumah dan pintupun dibuka. Yang membuka adalah seorang wanita muda dan bertanya “ada apa mas?”. “ini mbak, tadi ada ibu-ibu di rumah ini pesan bakso sama saya” jawab saya kepada wanita muda itu. “Ibu-ibu?, di rumah ini tidak ada ibu-ibu mas, saya di sini cuma tinggal bertiga dengan  suami dan anak saya mas”, kata wanita muda itu. “ya tadi sih masuk ke sini mbak”, kata saya.

Tiba-tiba seorang lelaki muda yang tentunya suami wanita muda ini keluar dari dalam rumah dan bertanya “ada apa sih malam-malam kok ribut”. “ini abang tukang bakso ini mengantarkan bakso, katanya ada ibu-ibu di rumah ini pesan bakso.  Padahal kan di rumah ini cuma kita bertiga”, jawab wanita muda itu. “gitu aja kok ribut, ya sudah, sini baksonya, biar saya yang makan, tapi bikinkan satu lagi ya buat istri saya”, kata lelaki muda itu.  Sayapun bergegas menyerahkan semangkok bakso kepadanya dan bergegas menyiapkan semangkok bakso lagi.

Setelah selesai menyiapkan, saya antar bakso ke rumah tersebut. “ini mbak baksonya”, kata saya sambil menyerahkan semangkok bakso kepada wanita itu. “duduk sini dulu mas”, kata lelaki muda itu sambil mempersilakan saya duduk di kursi yang ada di teras rumah itu. “ya mas, makasih”, kata saya. Dia makan di teras, sementara istrinya masuk membawa bakso, tak lama kemudian istrinya menyerahkan mangkok yang sudah kosong kepada saya, mungkin langsung dipindah ke mangkoknya sendiri.

“emang bener tadi ada ibu-ibu pesan bakso, jangan-jangan kamu cuma ngarang aja biar baksomu laku”, kata lelaki itu berkelekar sambil tersenyum kepada saya. “untuk apa saya bohong mas, saya kan tiap hari jualan di sini, memang benar kok tadi ada ibu-ibu yang pesan”, jawab saya.
“ciri-cirinya bagaimana?” tanya lelaki muda itu. “ya ibu-ibu tidak terlalu tua sih, pakai baju panjang warna putih, rambutnya agak panjang”, jawab saya.

“lalu dari mana asalnya dan kemana?”, tanya lelaki muda itu lagi. “tadi keluar dari rumah ini dan masuk lagi ke rumah ini mas, tapi yang saya heran, saya tidak mendengar dia membuka pintu pagar dan menutup pintu pagar, padahal waktu saya masuk, pagarnya ditutup dan diselot, waktu saya buka selotnya, bunyinya cukup keras mas”, jawab saya.
“ya, tidak salah, kata orang-orang di sekitar sini, memang dia kadang-kadang muncul, tapi saya sampai hari ini belum pernah bertemu sama dia”, kata lelaki muda itu.
“maksudnya mas?”, tanya saya lagi. Lelaki muda itu menjawab “kata orang-orang di sekitar sini, dia itu makhluk halus yang tinggal di rumah ini, itu sih kata orang, kami sendiri  yang tinggal di sini belum pernah bertemu”.  Langsung merinding bulukuduk saya mendengar penjelasan lelaki muda itu, ada rasa takut menjalar di tubuh saya. Dan rupanya ketakutan saya terlihat oleh lelaki muda itu. “ya gak usah takut mas, biasa saja. Ini uangnya”, kata lelaki itu sambil menyodorkan uang sepuluhribu rupiah kepada saya. “baik mas, makasih ya mas”, kata saya sambil bergegas meninggalkan rumah itu.

Setelah selesai sata letakkan mangkok di dalam gerobak, dengan penuh rasa ketakutan, sayapun langsung mendorong gerobak menjauhi rumah itu. Sekian.   

Demikianlah Cerita Hantu WanitaMemesan Bakso.  Semoga dapat menghibur anda.
 
Support :